Dear Fajar....
Aku masih sering menceritakan pada dunia, bahwa aku pernah
punya dia sebelumnya.Dia masih jadi cerita paling seru untuk di ulang. Meski tokoh yang tersisa hanya aku sendirian.
Bulan menutup buku bersampul biru miliknya.
Dua minggu setelah kepindahan Fajar, Bulan menjalani kehidupan seperti biasanya. Sekolah, belajar, lalu pulang, dan sesekali menyempatkan bermain sebentar dengan Sasha.
Bulan baru sadar, ternyata sepi sejak awal tanpa siapapun itu lebih baik, dari pada sepi setelah bersama seseorang.
Sesekali Bulan masih memikirkan Fajar, bertanya pada dirinya. sendiri, bagaimana kabar laki-laki itu, musik apa yang sedang dia dengar sekarang, apa tidurnya masih larut malam?
Pertanyaan-pertanyaan yang
dulunya bisa langsung Bulan tanyakan, sekarang tidak lagi. Bulan duduk diam ditepi danau, dulu pernah kesini bersama Fajar Pernah mengobrol bersama laki-laki itu di tempat ini, Bulan hanya sekedar mengenang walaupun tau ujung nya akan merasa sakit lagi setelah mengenang apa yang pernah ada."Kak, gue terjebak antara harus melupakan atau menunggu lo pulang."
Bulan terkekeh dalam hati, "sebentar lagi akan ganti tahun Kak, padahal kita udah janji mau ke pantai ya?"
"Tapi, lo pergi. Lo ninggalin gue, Kak Fajar..."
Bulan mengusap wajahnya, dia masih sering menangis, memikirkan Fajar, mengenang
kebersamaan mereka, bahkan setiap hari nama Fajar tidak pernah terlepas dari pikirannya."Kak, jangan cepet-cepet publish
cewe baru lo yah? Gue gak siap."Bulan terkekeh pelan, entah dengan siapa dia berbicara. Tapi seperti ini, mengutarakan segala keluhannya, membuat sedikit lega.
"Tapi kalau orang itu lebih baik, gue bisa apa Kak?"
"Gapapa kalo sekarang lo udah pergi ninggalin gue. Setidaknya gue pernah ngerasain jadi wanita paling bahagia disaat sama lo
meski sesaat.""Karena sama lo banyak bahagianya, Kak. Tapi semesta cuma kasih waktu sebentar" Bulan menunduk, berusaha menahan sesak didadanya. Bulam banyak memikirkan banyak hal, karena setiap malam, pertanyaan yang selalu sama adalah,.kita gak bisa balik lagi ya?
Bulan beranjak dari duduknya, matahari sudah hampir terbenam, mungkin terang akan berganti dengan gelap.
Bulan berlari kecil, ke halte. Ternyata dia halte dia tidak sendiri, ada seorang laki-laki berbaju SMA mengunakan
earphonenya. Bulan melirik sebentar namun segera beralih, matanya sibuk mencari buku bersampul biru ditasnya, buku itu berisi semua tulisannya tentang Fajar.Bulan sedikit menepi, karena tiba-tiba hujan turun deras dan
sedikit membasahi nya. Bulan duduk dikursi halte, dan laki-laki disebelahnya masih tidak melihat keberadaannya.Jujur Bulan tidak peduli, tapi yang membuat Bulan heran, laki-laki ini sama sekali tak menggeser duduknya, karna Bulan juga ingin duduk.
"Mas?" Panggil Bulqn, tapi laki-laki itu belum menyahut. Bulan membantin sekencang apa musik yang didengar dia.
"Mas?" Panggil Bulan lagi sedikit berteriak, membuat laki-laki itu menoleh dan melepas earphonenya.
Laki-laki itu menggaruk hidupnya, "sorry, gue gak denger."
" Boleh geseran dikit gak?" Laki-laki itu mengangguk, tapi
agak kaku karna terpana dengan wajah Bulan, "Boleh-boleh."
Keduanya setelah itu kembali diam, menunggu bus datang mungkin sedikit lama karna hujan masih deras."Orang mana mbak?"
Bulan menarik nafas dalam. Pertanyaannya konyol, emang gak ada pertanyaan lain. Bulan diam memilih mengabaikan.
"Kata orang, ngabain pertanyaan orang itu berarti ngebuat peluang besar untuk mereka bertemu lagi,"
"Mas nya ngomong apa ya? Ujan
mas gak kedengaran mending diem aja" Ucap Bulan karna menikmati hujan itu lebih menyenangkan."Bulan?"
Bulan menoleh, baru sadar dia memegang buku biru dengan bertulisan nama Bulan di depannya. Laki-laki itu membaca
namanya.Laki-laki itu mengulurkan tangannya. "Gue, Azka ."
.....
"Fajar?"
"Iya?"
"Kedepannya, jangan ngerokok sembarangan lagi. Ini peraturan, tolong ya di terapin" Ucap seorang perempuan, asisten dokter yang merawat mamanya.
Fajar mengabaikan. Lalu keluar dari rumah sakit, duduk dibawah pohon.
Fajar kacau, bahkan sangat kacau. Fajar berantakan, Fajar masih ingin bersama Bulan, menemin perempuan itu bercerita sampai batas waktu yang mereka juga gak tau. Bukan dengan waktu secepat ini.
Terkadang Fajar, bingung apakah keputusannya mengakhiri hubungan ini benar atau salah?
"Gue ganti rokok Bul, gue jadi sering ngerokok padahal dulu gue mual kalo kebanyakan ngerokok,"
Fajar terkekeh pelan. Fajar pernah menceritakan bahwa dia memang tidak terlalu sering merokok dulu, dan akan mual jika kebanyakan merokok, tapi akhir-akhir ini sering dia lakukan.
"Gue susah tidur Bul,"
"Gue selalu pulang malem,"
"Gue mau denger omelan lo setelah aktivitas gue berakhir,"
Itu beberapa keluh kesah yang ingin Fajar sampaikan ke Bulan. Banyak lagi, banyak hal yang ingin Fajar ceritakan pada perempuan itu setelah memilih mengakhiri ini.Fajar terkadang memaki dirinya sendiri. Fajar benci dirinya sendiri, Fajar terlalu cepat mengambil keputusan.
"Gue brengsek Bul. Tapi gue masih berharap bisa bersama lo lagi, nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK BULAN
Ficção Adolescente"Pada akhirnya, sejauh apapun mengerjar Fajar dan Bulan mereka tak akan pernah bersatu. Walaupun mereka beriringan di langit yang sama" Haii..... aku Bulan, kalian tau kan siapa Fajar? Dia itu sosok pemuda yang bisa buat aku kagum sama dia. owh iya...