Perasaan yang Gak Nyata

3 3 0
                                    

"Jar?" Panggil Gistara membuat laki-laki itu menoleh dengan alis terangkat. Gistara duduk di kursi, "temen lo kemarin gimana?masih koma?"

"Masih Gis," Fajar duduk di depan. perempuan itu, mereka tak sengaja berjumpa di perpustakaan kota. "Lo jadi pindah sekolah kejakarta?"

"Jadi, besok gue udah mulai
sekolah," Jelas perempuan itu. "Lo akhir-akhir ini parah banget ya Jar di hubungi susah banget."

Fajar tersenyum canggung, sedikit merasa bersalah. "Lo tau kan, belakangan ini emang ada masalah, lagian lo gak punya temen lain apa?"

Gistara menggeleng, "kalo punya,
gue gak akan minta bantuan lo lah," Gistara meletakan buku-buku menatap Fajar malas. "Ni kalau gak sengaja jumpa gini, mungkin lo juga lupa sama gue,"

"Apaan sih lo Gis, serius setelah ini gue gak gitu, cuma kemarin lagi sibuk aja," Ucap Fajar agar perempuan itu tak marah. berlama-sama.

"Yaudah sekarang lo sibuk gak?"

Fajar menatap heran, "enggak, cuma..."

Gistara memotong ucapan laki-laki itu, "oke, karna lo lagi gak sibuk ayo temenin gue makan, bosen kalo cuma sendirian Jar," Fajar pun menyetujui, merasa bersalah karna sebagai teman tidak bisa membantu Gistara dari kemarin, dan kali ini dia tidak akan menolak lagi.

Mereka berjalan ke arah tempat makan terdekat. Setelah
menunggu pesanan akhirnya mereka menikmati makanan sambil berbicara kecil.

"Jar, menurutlo kalau cewe suka
sama seseorang, orang itu sadar gak?" Gistara meletakan handphone disebelahnya. "Kalau menurut lo gitu,"

"Kalau cewe itu diem aja ya kita sebagai cowo gak tau, tapi kalau cewe itu ngasih kita kode
kecil-kecilan mungkin kita akan tau," Jelas laki-laki itu membuat Gistara mengangguk.

"Lo lagi suka sama orang Gis?" Tehak Fajar menatap perempuan itu curiga. "Kayak apa sih cowoknya?"

"Gak pekaan, orang sibuk banget gayanya," Ucap Gistara tertawa pelan, "tapi dia baik Jar,"

"Baiknya?" Tanya Fajar bingung.

"Dia baik, pengertian, terkadang nyebelin, tapi gue gak berani ngasih tau perasaan gue ke dia," Ucap Gistara murung, raut wajahnya berubah kecewa.

"Kalau di baik, mungkin dia akan mengerti perasaan lo yang seberapa Feb," Ujar Fajar. "Jatuh cinta sama orang yang abu-abu itu sama aja kayak lo lihat masa
depan lo,"

Gistara mengernyit heran. "Kok
gitu?"

"Iya, kalo lo gak maju lo gak akan tau kedepannya seperti apa, dan kalau lo maju lo harus siap sama. jawaban yang akan dia berikan" Jelas Fajar pada perempuan.

"Sama kayak masa depan Gis, kita gak tau kita di masa depan akan gimana, kalau kita gak mulai dari sekrang."

Gistara mengangguk mengerti. "Tapi kalau setelah gue ungkapin perasaan gue, terus jadi buat kita asing gimana Jar?" Tanya Gistara
karna sejak awal hal itu yang di
takuti. "Gue gak mau asing sama dia Jar,"

"Itu resiko Gis," Ucap Fajar
membuat Gistara tertegun. "Tapi
sebaliknya, bagaimana jika cinta
memilih sebagai teman?"

Gistara mulai berfikir, "maka gue
akan merelakan perasaan ini, dan memilih sebagai temannya selalu."

Gistara menghela nafas. Mungkin
seperti ini dulu, memedam dulu.
suatu saat jika sudah berani
mungkin di nyatakan, jika tidak
berani mungkin hanya disimpan
saja sampai cinta itu habis
bersama waktu-waktu yang ada.

Ah, rasanya begini menyukai
orang dalam diam, yang orang itu sendiri gak tau kalau perasaan nya ini ada sudah sejak lama.

Lantas, harus bagaimana membuang perasaan ini cepat-cepat. Rasanya mengingatnya saja sudah membuat kita senang, tapi jika
perasaan ini mungkin bagian dari hal senang akan hilang.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang