Keadilan

6 4 0
                                    

"Dooor!"




Raya dan Bulan menghentikan langkahnya, berbalik badan dan tercengang saat Bian benar-benar sudah kehilangan langkah.

"Selangkah aja lo berdua, gue tembak!"

Bulan menahan tangannya yang gemetar luar biasa. Baru pertama kali menghadapi orang yang mengacamnya dengan pistol.

"Bul, jangan panik" Bisik Raya menenangkan perempuan itu.

Bian tersenyum smirk saat mereka berdiam diri tak ada yang berani melangkah. "Mau gue jadiin kayak Kalea lo?"

"Brengsek lo!"

"Ayo, salah-satu dari kalian gue jadiin kayak Kalea," Bian tersenyum simpul, maju perlahan sambil menodongkan pistol kearah mereka. "Lo tau, meraka semua nuduh Bumi yang bunuh Kalea kan?"

"Lo kira, lo akan hidup dengan tenang setelah ini?" Tanya Raya kaku.

"Lo kira lo bakal hidup setelah ini?" Balas Bian tersenyum kecil, lalu tertawa kencang. "HAHAННА"

"Mau gue tiduran kayak Kalea?"

Plakk

Satu tamparan dari Bulan berhasil membuat wajah Bian memerah. Bulan dengn tangan gemetar, dan menuruknya ucapan Bian sudah gila. "Orang gila lo! Psikopat!"

Bian memegangi wajahnya, terasa kebas karna tamparan itu. Dengan senyum smirk di ujung bibirnya, Bian menodongkan pistol tepat didepan kepala Bulan.

"Mau mati Ra? Berani lo nampar gue?" Tanyanya tajam.

Bulan merasakan tubuhnya gemetar, dan Raya disampinhnya menyadarinya, Raya juga merasa kaku saat Bian menyodorkan pistol tepat di kepala Bulan.

Bulan yang sejak tadi menahan
tangis, akhrinya mengeluarkan air matanya yang sejak tadi ditahan, dia berharap seseorang akan menolong mereka.

Bulan takut, bahkan sangat takut.
Bian dengan mata memerah, menarik pelatuknya.


"Doorrr!"

"Angkat tangan!" Suara berat milik seorang polisi membuat mereka semua menoleh. "Anda ditangkap atas kasus pelecehan dan pembunuhan."

Bian terkekeh, dia dijebak. Bumi mengatakan, akan datang jam 2 siang. Tapi Bumi datang tidak sendiri, dia bersama anak Vagos pukul 7 pagi dan bersama polisi. Bulan terduduk lemas, terlepas dari situasi mecengangkan tadi. Tak pernah dibayangkan akan berhadapan dengan pistol.

Fajar turun dari motor, melepas.
helmnya langsung menghampiri Bian hendak menghabisinya. Tapi berhenti saat laki-laki itu kembali menodongkan pistol kearah Bulan. "Ada yang berani deket, gue bunuh ni cewe!"

Bulan menarik nafas dalam. Dia pikir Bian akan takut karna kedatangan polisi. Tapi laki-laki itu semangkin gila. "Harap turun kan pistol anda!" Ucap polisi itu.

"Dorrrr!"


"Brakkk!"

"BULAN!"

.
"RAY"

Bulan merasakan tubuhya
melemas. Langit dari belakang menendang Bian saat laki-laki itu tak menoleh, beruntung akan tembakan Bian meleset dan mengenai sedikit bahu Bulan.

Raya membantu Bulan, berusaha
meredakan darah yang terus
bercucuran di bahu perempuan
itu. Fajar dengan mata menerah. menghajar Bian habis-habisan.

Langit sudah melempar jauh pistol di tangan Bian. "Cowok gila kayak lo pantes Mati!"

Bian terkapar lemah, tapi Fajar tak berenti memukuli laki-laki itu. Matanya berkaca-kaca.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang