Laki-laki sejuta pesona

7 5 0
                                    

"Kak ayo bisa dua kesempatan lagi plis-plis Kak" Ucap Bulan heboh sendiri karena bermain lembar bola agar bisa mendapatkan boneka bagus didepan sana. Fajar tertawa pelan, mulai menyiapkan tubuhnya untuk segera melempar bola kecil tepat sasaran. Dan Bulan yang sudah heboh sejak tadi karena Fajar sangat payah baginya.

Plung

"Yah....." Ujar Bulan menghela
nafas karena gagal dan sisa satu bola, berarti satu kesempatan lagi. Fajar yang disampingnya sejak tadi tertawa karena Bulan pun tadi. mencoba tapi lebih payah darinya. "Kita coba sekali lagi, Bul" Ujar Fajar semangat mulai bersiap-siap. "Kalau berhasil, lo dapet
bonekanya gue dapet apa?" Bulan mengernyit kan alis, lalu tertawa pelan. "Mau apa haha?"

"Mau....simpen dulu," Fajar tersenyum miring. "Kalau udah tau apa yang gue mau, baru gue bilang." Bulan yang malas berlama-lama hanya mengiyakan dan menyuruh Fajar segera melembar bola nya.

Fajar bersiap-siap, kali ini lebih
serius karena kesempatan
terakhir.

Plung

"YES!" Bukan Bulan yang girang, tapi Fajar. Laki-laki itu dengan tawanya mulai menjahili Bulan. "Mau apa ya gue, Bul hahaha." Bulan memukul lengan Fajar pelan.

"Apasih, aneh-aneh awas aja. Gue
buang lo kerawa-rawa" Ucap Caya
penuh curiga

Fajar tertawa pelan. "Enggak-enggak, tapi gue simpen dulu."

"TYA KAK FAJAR!!"

"Karena mas nya berhasil sekali,
jadi bisa milih boneka yang kecil
yah mas" Ujar seorang laki-laki
yang mempunyai lapak permainan
ini.

Mata Bulan mulai meneliti mana
boneka paling bagus, yah setidak
tidak dapat yang besar tach dapat
yang kecil. "Mas, yang paus yang di
pinggir itu."

"Banyak yang lucu, kok paus?" Bulan tersenyum kecil, lalu menerima bonekanya dan mereka berjalan pelan-pelan berkeliling.

"Gue pernah denger, katanya paus
bisa hidup sampai beratus tahun."

"Trus hubungannya sama boneka
Ini?" Tanya Fajar.

"Sama kayak kita, gue ingin
tentang kita di ingat bukan hanya
seberntar, tapi lama seperti
kehidupan paus ini" Jelas Bulan
dengan senyum yang masih terbit
dihibirnya itu.

Fajar mengacak rambut Bulan
pelan. "Sok pinter."

"Emang kan?" Sahut Bulan

Fajar laki-laki tertawa. "lya deh,
pacar gue kan emang pinter,
cantik, lucu, semua deh."

Rona di wajah Bulan membuat
perempuan itu malu, dan mencubit tangan Fajar pelan.

"Apansih, bulshit banget."

"Dih, kapan gue yang beginian
bulshit ha?" Tanya Fajar karena
perkataan nya tadi bukan hanya
sekedar menggoda perempuan ini,
tapi memang benar.

Bulan berjalan lebih dulu,
membuat Fajar menyusul lebih
cepat. "Lo lah,"

"Jalannya santai lah, Bul."

Bulan menggeleng menarik tangan
Fajar ke tempat lukis-lukisan. "Ayo
ngelukis, Kak."

"Lo lukis wajah gue baru mau?"

"Gak haha" Bantah Bulan
tertawa. "Gue mau lukis paus ini.
Cepet-cepet ayo."

Beberapa menit setelah mereka
memnyewa peralatan lukisnya,
Bulan dan Fajar duduk di bawah
pohon berlampu dan mulai
melukis.

Bulan yang sudah terpikir akan
membuat apa, sudah menentukan.
warna her dominan biru.

Sedangkan Fajar bukan melihat
kearah kanvas tapi malah sejak
tadi menatap wahh Bulan.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang