Cerita Lama

22 18 2
                                        

Seorang gadis ber-kuncir satu, berjalan menelusuri koridor rumah sakit. Pelan-pelan membuka pintu ruangan agar yang didalam tidak merasa terganggu.

"Siang Mama, Kak Bulan" Sapa gadis berbaju SMP itu. Bintang Anastasia Hutami namanya, adik perempuan Bulan.

Sudah seminggu ini, mama Bulan dirawat di rumah sakit karena kelelahan saat bekerja di butik. Ya, Mamanya adalah seorang desainer. Toko nya tidak terlalu besar, tapi banyak orang yang mengenal butiknya itu, karena terpercaya dan desain yang bagus dan juga rapi.

"Lama banget Bin, udah siap beres-beres baru dateng." Protes Bulan pada adiknya itu, saat ini mereka memang sedang membereskan barang karena mama nya sudah stabil kembali, dan sudah di boleh kan untuk pulang.

Bintang meletakan tasnya. "Ojeknya macet kak, lagian kan ada lo."

"Udah jangan pada ribut, mau pada pulang enggak ni? Atau mau lama-lama disini aja?" Tanya Mamanya bercanda.

Bintang mendekat kearah Mamanya. "Mau pulang lah ma, ngapain disini. Jangan sakit lagi ya Ma, ga enakan tidur disini?"

Runa mengusap pelan kepala putri kecilnya. "Iya Bin, mama gak akan sakit. Kalian berdua juga jangan sakit, Mama cuma punya kalian."

Bulan tersenyum hangat. Sejak
papanya meninggal tiga tahun
lalu, Mamanya sering sesekali
terpuruk, Bulan pernah melihat
mamanya menangis saat melihat foto papanya sendirian di dalam kamar.

Begitulah manusia, terkadang
berkata ikhlas hanyalah sebuah
bualan agar orang-orang tau bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi nyata sekuat apapun mengikhlaskan kepergian seseorang, tetap saja akan menjadi hal paling menyakitkan jika teringat kembali.

"Ma udah beres ni, yuk." Ajak Bulan membawa
barang-barangnya dan dibantu
oleh Bintang. Sangking asiknya
berbincang dan tertawa tak sadar seorang laki-laki bertubuh tinggi datang menghampiri mereka.

"Apa kabar Bul, tante?" Sapa

laki-laki bernama Arsen itu. "Tante sakit?"

Bulan membalas senyum ramah Arsen. "Gue baik Sen, tapi Mama gue gak terlalu baik." Jelasnya pada laki-laki itu. "Ini Arsen, Mama masih ingat?"

Runa tersenyum kearah Arsen. "Oh Nak Arsen.lya mama ingat, teman kamu waktu SMP dulu kan."
Arsen tersenyum kecil, merasa
senang ketika mereka masih
mengingatnya. "Iya tan, ini lo sama Mama lo udah mau pulang ya Bul?"

Perempuan itu mengangguk. "Iya Sen, Mama udah seminggu
dirawat sekarang sudah agak
membaik jadi sudah dibolehin
pulang."

"Yaudah kalau gitu gue anter sekalian aja, sekalian berbincang karna pertemuan yang sudah lama di nanti." Usul Arsen pada mereka.

Bulan sedikit canggung. "Gausa deh Sen, ngerepotin."

"Kalo gak ngeropotin boleh kok bang Arsen, iya kan Ma?" Sahut Bintang cepat, hitung-hitung mengirit.

Arsen tertawa pelan, dia rasa

terakhir kali melihat adik Bulan
dulu saat anaknya masih kecil. "Iya ga ngerepotin kok Bul, tan."
Mama Bulan mengangguk

menyetujui. "Yaudah kalau kamu meminta Arsen, tante gak bisa nolak terimakasih nak Arsen"

"Iya tan." Arsen tesenyum kecil, tak ingin membuang kesempatan ini. Bulan pun mau tak mau mengikuti Kemauan mereka, tak ada salah nya juga bertemu dan berbincang dengan teman lama.

Diletakannya sebuah benda tajam tepat dimeja, saat ini semua

anggota Vagos berkumpul. Sebuah pisau ditemukan oleh Sean di jalan, Jendral Kandira. Tempat dimana malam tadi terjadinya pertempuran antara Vagos dan Roger setelah sekian kali

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang