Fajar Yang Berteman Dengan Sepi

4 4 0
                                    

Fajar keluar dari kamarnya, sudah rapi dengan seragam sekolahnya, lalu melihat kearah dapur yang dia kira ada mamanya yang mungkin akan menyambut paginya hari ini. Pagi ini langit mendung, mungkin sama seperti hati Fajar sekarang.

Fajar duduk dimeja makan. memilih hanya memakai satu roti dengan selai, laki-laki itu membuka ponselnya rasanya sepi karna notif dan balasan dari Bulan.


Fajar berhenti di lampu merah, ada beberapa orang yang bersebrangan di depannya, namun matanya beralih pada sosok seorang laki-laki dan perempuan berumur dengan putranya.

"Ayah, nanti ajak aku kesana kalau ada waktu!" Tunjuk bocah laki-laki menunjuk banyak beberapa mainan di pinggir jalan.

Ayah dari bocah laki-laki itu tersenyum lebar. "Pasti itu, nanti ayah ajak kesana tapi janji dulu ya?"

"Janji apa?" Tanya bocah Itu.

"Hari ini sekolahnya harus semangat," Bocah laki-laki itu mengangguk semangat, lalu bergantian menatap ibunya. "Bu tapi nanti sama ibuk , kita bertiga kesananya.

juga ya Ibu dari anak itu tersenyum kecil, "Iya tapi sesuai janji yang ayah bilang tadi, hari ini semangat sekolahnya nya."

"lya buk," Bocah laki-laki itu
menggandeng dia tangan orang tuanya, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Lampu sudah berganti warna hijau,  Fajar kembali menyalakan mesin motornya. Mengingat kembali kejadian didekat lampu merah tadi, laki-laki itu kembali
mengingat momen masa kecil
bersama papanya.

Setidaknya papanya pernah ada, pernah mengajaknya bermain
bersama mamanya, walaupun Fajar tau mungkin kebahagian
yang mereka tunjukan didepannya dulu hanya kepalsuan untuk menyenangkan Fajar semata.

Tapi sekarang Fajar sudah beranjak dewasa, rasanya tidak mungkin menutup mama nya untuk selalu memaninya, Fajar berusaha mengerti mamanya yang selalu berkerja untuknya, jadi Fajar tak akan memaksa mamanya untuk selalu ada di setiap pagi Fajar akan berangkat sekolah.

Fajar hendak memutar motornya berbelok kearah kanan untuk menuju sekolahnya, tapi rasanya tujuannya terasa berat, laki-laki itu memilih mengubah tujuan nya tempat lain dan memilih
membolos.

.....


"Penjaran nya apaan abis ini?"
Tanya Angga lalu membereskan buku-bukunya, bocah tengil itu sejak tadi mendadak diam karna merasa banyak yang kurang.

Sean mengakat bahunya. "Gatau, gak liat loster."

"Jadi apa yang lo liat anj, Salma aja kan yang lo liat" Ucap Angkasa menatap heran laki-laki itu.

Sean melirik sekilas ke arah Angkasa. "Gue gak obses ke dia Sa, bukan berarti gue suka dia, hidup gue isinya tentang di semua."

"Omongan orang lagi patah hati ya gini," Ujar Angga menambahi "kenapa lo? Dicuekin lagi?"

"Gue liat kemarin dia pulang bareng temen sekelasnya itu," Ucap Sean dengan raut wajah kecewa, perasaan nya selalu tidak menentu jika tentang cewe cuek itu.

Langit yang sejak tadi diam menepuk pelan pundak laki-laki itu, "itu artinya lo harus mundur, gausa ngebet maju mulu."

"Hahah bener tu kata Langit" Ucap Angkasa tertawa. "Cewe banyak bro, modelan Salma emang cuma satu, tapi yang lebih baik dari Salma gak mungkin cuma satu."

"Buaya ga usah sok ngomong begituan, gak cocok" Ucap Angga
membuat Angkasa Meliriknya sinis.

"Btw Fajar mana?" Tanya Angga .

Langit mengeluarkan ponselnya. "Bolos," Jawabnya singkat, dia tau Fajar yang tadi mengabarinya.

"Buset dah, tu anak gak mau sekolah lagi kali ya?" Tanya Angkasa heran.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang