Garis Seseorang Bertemu

7 4 0
                                    

"Dipenjara 14 tahun," Kata Mama Bulan lalu meletakan beberapa makanan di meja karna teman-teman Bulan datang menjenguk. "Mama gak habis pikir, Bian begitu. Mama kira dia anak baik-baik."

"Makanya tan, jangan menilai
orang dari coveran," Ucap Angga lalu mencomot makanan dimeja. "Kalo kata Fajar tan...." Angga menggantung ucapannya lalu merayakan Fajar  saat berbicara dengan tengil.

"Liat rumah sakit bagus, dalemnya sakit semua." Mereka tertawa, begitupun mama Bulan. Bulan jadi ingat pertama kali bertemu Fajar laki-laki itu mengatakan itu. Ternyata temannya pun juga mengingatnya.

"Yaudah deh, kalo gitu kalian ngobrol dulu aja yah tante ada urusan di butik mau balik ni" Ucap Mama Bulan, lalu menciun putrinya.

"Iya tan, Hati-hati ya" Ucap Fajar.

Mama Bulan tersenyum kecil, lalu melihat Fajar yang sejak tadi diam. Menepuk bahu laki-laki itu pelan. "Jagain Bulan ya Aleo,"

Fajar mengangguk, balas
tersenyum kecil. "Pasti tan,"

"Bul sakit gak ketembak?" Sasha mencubit lengan Angkasa. "Sa
sakit gak?" Angkasa mengelus-elus lengannya.

"Buset sakit bener Sha" Angkasa menatap Sasha sinis. "Lagian lo nyubit nya kecil banget." "Lo dicubit doang bacot Sa, apalagi ketembak" Ucap Sasha malas, lalu menatap Bulan kasian dengan temannya itu. Padahal pertama datang dia paling heboh mendegar berita ini, dan sialnya
dia orang terkahir yang tau
tentang ini.

Angga mendengus. "Pertanyaan lo gaje banget Sa, ya ketembak pasti sakit lah."

"Bisa aja nyerih doang,"

Angkasa mengambil minum lalu.
meneguknya, lalu menatap Raya
yang duduk disebelah Langit. "Yang gue heran juga, lo kenapa ada disitu juga Ray?"

Raya menatap Angkasa. "Gue
ngikutin mereka waktu pulang
sekolah,"

"Kenapa lo ikutin?" Tanya Angga lagi.

Raya menarik nafas dalam. "Gue
udah lama kenal Bian, adik kelas
gue korban dia. Tapi kasusnya dia tutupi gitu aja karna dia orang berduit."

Sean menggeleng. "Ngeri orang
berduit."

"Dan lo tau Bian gitu, mental lo
kuat banget ngikutin." Ucap Angkasa heran. "Tapi masak cuma penjara 14 tahun, gak adil banget."

"Iya, liat catatan kriminal dia
bukan Kalea aja korbannya,
anak SMA Cempaka juga," Ucap
Sean memberi tau, lalu merilik
Bumi.

"Buset, bejat banget tu cowok"
Celutuk Angga.

Sasha membenarkan. "Kalo ketemu gue, mati di tangan gue tu cowok."

"Songong bet lu Sha, di godaan aja lo langsung aduan" Ejek Angga. "Sok mau matiin orang psikopat, lo kali yang di tembak luan."

Acha mendengus malas. "Diem deh Ga, gue gk ngomong sama lo!"

"Awas lo ngomong sama gue ya
Sha!"

"Gak akan!" Balas Sasha tak peduli.

"Awas lo nebeng gue!" Ucap Angga masih tak Terima.

"Bisa nebeng Bumi, Angkasa bisa."

Mereka berdua masih berdebat,
dan yang lain sudah terbiasa
memilih mengabaikan.

"Lo kenapa diem anj, kenapa gak
cerita dari dulu?" Tanya Angga
tak habis fikir pada Bumi. "Lo di
ancem?"

Bumi mengangguk. "Lo tau gue
punya adik, dia ancem adik gue.
Dan gue gak mau adik gue korban dia."

Fajar berdecak malas. "Orang
kayak gitu pantesnya mati,"

"Buset pedes banget omongan lo,
Jar."

Sean menyetujui. "Buat apa
orang bejat kayak gitu di bumi,
nyusahin. Kita gak tau dia keluar
tobat atau gak."

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang