Tempat Pulang

8 7 0
                                    

"Lo gila ya, modal nekat?" Tanya
Raya, menatap lurus kearah Langit.

Langit berdecih. "Lo yang gila mulai sekarang lo jauh-jauh dari gue,dan gausah terlibat sama gue."

"Tai lo!" Umpat Raya.

Raya berlari mengejar Langit,
teman-teman Langir dibelakang
sejak tadi menatap curiga
keduanya.

"Lo mau ngapain lagi ngikutin?"
Tanya Langit berbalik.

"Stres lo, gue mau pulang!"
Perempuan itu berjalan cepat
meninggalkan Langit, dan
punggungnya pun sudah tak
terlihat.

Fajar mendekat kearah Langit, "Lo sama tu cewek harus hati-hati sekarang Lang, gue yakin Gean gak akan diem aja setelah ini."

Langit mengangguk mengerti.
Angga masih memincing mata pada Langit. "Lang, serius bukan pacar lo cantik gitu sayang banget di anggurin"

"Curiga gue ntar lo jatuh hati Lang sama modelan cewek kayak gitu," Ucap Angkasa

Sean menatap Fajar memberi
kode pada cowok itu agar segera
berbicara, Fajar yang sadar pun
langsung mengerti.

"Oh ya Lang, gue dapet pesan dari nyokap lo sejam yang lalu,"

Langit menatap ke Fajar, "bilang apa tu orang? Lo semua ngadu ke dia?"

"Ya anjir, lo kata kita cepu?" Tanya Bumi

"Ya bisa aja."

Angkasa menggeleng kepala tak habis fikir "suzon aja Lo sama temen Lang,"

"Suudzon taik!" Decak Angga,

"Apa lah itu serah gue!"

Fajar mengambil ponselnya
memberikan pada Langit agar
laki-laki itu membacanya. Langit
mengusap kasar wajahnya ntah
apa mau perempuan itu, dan
satu yang pasti Langit memilih
mengabaikan pesan dari
mamanya.

"Ayo," Ajak Langitmembuat semua cengo

Angga tertawa pelan, "haha ayo
kemana lo baru keluar udah rada
ni keknya."

"Ayo gue traktir lo pada belum
makan kan, segala pakek nungguin keluar disini ngapain juga." Ucap Langit walau jujur dia terharu karna solidaritas mereka sangat tinggi.

Angga berteriak heboh. "AAA ayo-ayo gini gue seneng deh Lang!"

"Ha tai tadi lo kata si Langit rada," Ucap Angkasa berdecih.

"Gak jadi Lang gak sawan kok lo." Ucap Angga cengengesan.

Bulan berlari cepat melihat jam
tangannya sejak tadi karena dia
yakin sekarang dia sudah telat.

Bulan memanggil-manggil pak
satpam, tapi pak satpam tidak ada di post membuat dia berdecak frustasi.

"Duh gimana ni ya," Tanyanya
bingung sendiri, Bulan tidak mau
hanya berdiam diri dan menunggu Bu Dewi datang memberi hukuman dia harus segera mencari cara agar
segera masuk.

"Kalau telat karena alesan macet
itu biasa, kalau tau macet berarti
lo harus bangun dan berangkat
lebih pagi."

Bulan langsung berbalik, dan
melihat Fajar sekarang tepat
berada didepannya. Rasanya
seperti Dejavu, karena pertama
kali Bulan bertemu dengan
Fajar laki-laki ini mengucapkan
kata-kata itu.

Bulan tersenyum kecil

"Siap buat naik pagar belakang
lagi Bul?" Tanya Fajar dengan
senyum kecilnya.

"Kak Fajar bikin kaget lo tau, masih bisa naik tangga belakang?"

Fajar segera mengajak perempuan itu. "Untuk putri malu apa si yang gak bisa," Bulan hanya tersenyum kecil, merasa beruntung karena sekarang ada sosok seperti Fajar yang selalu ada dan bersedia membantunya kapan pun.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang