Masa yang hampir habis

9 4 0
                                    

Bulan meletakan handphone nya dimeja. Sudah seminggu Fajar tidak sekolah, tidak bisa hubungi. bahkan Bulan sempat datang ke rumah Fajar tapi tidak ada siapapun.

"Tanya sama temen nya aja Bul," Usul Sasha.

Bulan melongos, menelungkupkan kepalanya di meja belajar. Bulan khawatir dengan laki-laki itu. Bukan terus memaksa Fajar harus mengabarinya, tapi setidaknya dia harus tau kenapa Fajar menghilang selama seminggu.

Sasha menarik lengan Bulan agar segera bangun, "Bul ayuk lah kantin, udah tunggu Tiara sama Renjani itu."

Bulan mau tak mau bangun, dan mengikuti Sasha dari belakang. Tersenyum kecil saat seseorang melewatinya, karna dia mengenalnya.

Ada beberapa orang yang lewat didepan Bulam, tapi seperti tatapan tidak menyenangkan. Tapi Bulan memelih mengabaikan..

"Lama banget lo pada, cepetan keburu rame kantin" Renjani menarik tangan Bulan agar perempuan itu berjalan sedikit
lebih cepat.

"Itu kenapa di mading rame banget dah?" Tanya Tiara bingung sendiri, tapi karna jiwa keponya. sangat tinggi, perempuan itu mengajak yang lain ke mading dulu.

Sasha yang sebenarnya juga kepo, mengikuti Tiara dari belakang kearah mading. Bulan yang badanya kecil agak terhimpit, tapi Sasha berusaha menarik perempuan itu agar bisa melihat mading karna sangat ramai siswa dan siswi berkumpul di depan mading.

Ternyata ada berita bahwa
sekolahnya akan mengadakan acara pentas seni, setiap tahun. Dan murid-murid akan heboh jika acara ini sudah akan
dilaksanakan. "Sumpah malah gue gak punya dress baru" decak Sasha, mereka keluar dari kerumanan mading. "Duh, harus cakep gue di hari itu."

Renjani memutar bola matanya
malas. "Yaelah palingan acaranya ngebosenin,"

"Ye sok tau lo," Tiara jalan didepan. mereka. "Katanya tahun ini ada acara spesial nya, kita liat aja apaan itu,"

Bulan yang tidak mengerti hanya diam menyimak. Perempuan itu masih sibuk berperang dengan
pikirannya sendiri.

"Bul kenapa diem mulu sih?" Tanya Sasha heran. "Jangan di pikiran, kita makan dulu aja dikantin, ntar juga lupa." Bulan menghela nafas lalu. tersenyum kecil, segera beranjak mengikuti teman-temannya ke kantin

.....

"Jar serius? Bohong kan lo?" Tanya Angga tak percaya. Karna laki-laki itu tiba-tiba akan pindah dan entah kapan kembali. "Jar , prank kan? Mana kameranya?" Yang lain juga masih tak percaya,
pasalnya yang dikatakan Fajar
sangat tiba-tiba. Bahkan Langit pun sejak tadi hanya diam tak akan menduga hal seperti ini.

"Serius Jar?" Tanya Sean. Fajar mengangguk, menghela nafasnya dalam-dalam. "Gue gak mau mama sendirian disana, gue mau temenin mama gue sampai sembuh, dan gue akan balik ke
jakarta."

Langit menatap laki-laki itu. "Trus Bulan?"

"Gue akan bicarakan baik-baik,"

Fajar membuanh sisa rokoknya.
Entahlah hari ini rasanya di
banyak menghabiskan beberapa
batang rokok. "Gue berharapnya
dia bisa ngerti."

"Jadi maksudnya lo, LDR gitu?"
Angkasa menatap Fajar heran.

"Yakin lo? Lo paling gak bisa LDR kan?" Itu yang Fajar bingungkan sejak awal. Karna kata orang hubungan LDR jarang ada yang berhasil dan kebanyakan akan gagal.

"Gue belom bisa mikir untuk yang itu,"

Bumi menepuk pelan bahu laki-laki itu. "Gue dukung Jar, apapun keputusan lo. Tapi gue harap lo juga bisa ngertiin perasaan Bulan."

Angga mengebrak meja, membuat yang lain tersentak. "Jar? Anjir lah. Serius pindah? Boongkan?"

"Kenapa lo masih gak percaya si
Ga?" Tanya Fajar.

"Ya gue gak bisa aja lah tiba-tiba
gini lo mutusin pergi Jar," Ucap Angga tak terima. "Emang gak ada cara lain Jar? Siapa ntar yang nebengin kalo ban gue bocor? Siapa yang traktir gue makan bakso bang Rojak Jar? Le serius jangan becanda lo lah."

Fajar menarik nafas dalam,
sejujurnya dia tidak ingin
meninggalkan Bulan, teman-temannya, sekolahnya, kota ini.

Tapi ini untuk mamanya, Fajar
tidak bisa menolak. Harus dengan apa lagi Fajar membalas kebaikan mamanya jika bukan menemani mamanya sampai sembuh.

"Keberangkatan gue mungkin
Lusa."

Semua menghela nafas. "Lo balik
kan?" Tanya Langit.

Fajar mengangguk.

"Congrats Jar, kita nunggu
kepulangan lo" Diantara yang
lain, akhirnya Langit lah yang mulai memberi izin atas perginya Fajar dari mereka, bukan pergi jauh. Melainkan pergi dulu, dan nanti
akan kembali.

Angkasa akhirnya pun tersenyum kecil, mungkin nanti baginya akan terasa kurang karna tidak ada Fajar lagi. Tidak ada laki-laki bermata sipit itu lagi. "Baik-baik Jar disana, semoga mama lo bisa sembuh."

"Nanti kita anter lo kebandara Jar, sebagai perpisahan kita,"
Ucap Sean membuat yang lain
menyetujui.

"Bakal ada yang beda sih setelah
ada satu yang pergi nanti ni," Bumi tertawa pelan, tawa seperi tidak mengikhlaskan perginya Fajar, tetap terpaksa harus.

Angga yang sejak tadi diam, laki-laki itu masih belum menerima jika Fajar tidak bersama mereka lagi.

Fajar menepuk pelan bahu Angga, mendekat kearah laki-laki itu. "Ga, tenang aja gue balik kok. Gak akan lama, nanti kita kumpul-kumpul lagi kayak gini."

Angga akhirnya mau menoleh.

"Bener ya Jar, buru balik lo jangan lama," Ucap Angga yang akhrinya mau menerima, walau sebenarnya hatinya berat.

Fajar tersenyum kecil, lalu
mengangguk. Llalu berteriak,
mengucapkan nama geng
yang selama ini susah senang
bersamanya.

"VAGOS, TUNGGU GUE BALIK."

"ΝΑΝΤΙ ΚΙΤΑ KUMPUL LAGI."

....

"Ayo Gis,"

Gistara menahan tangan Fajar, Tak sengaja bertemu laki-laki itu di halte, dan Fajar meminta untuk mengantarnya karna sudah mau hujan. Dan Fajar pun menyetujuinya.

"Kenapa gue balik kejakarta malah lo yang pergi," Tanya Gistara heran. "Bener mau pindah Jar? Berapa lama?"

"Ga tau Gis, do'ain aja secepatnya gue balik lagi ke Jakarta."

Gistara menghela nafas. "Baik-baik deh Jar disana, semoga mama lo cepet sembuh."

Fajar mengangguk lalu tersenyum kecil, hendak segera pergi karna sudah gerimis tapi Gistara kembali menahannya, dan memeluknya.

Fajar tersentak.

Gistara belum melepaskan pelukan itu.

"Gue suka lo, Aleo."

Seseorang perempuan dengan baju sudah basah kuyup melihat kejadian di halte

Sejak awal, sampai pelukan dan pernyataan itu

Sasha: "Ra? Fajar pindah ke luar negeri? Bumi cerita ke gue"

"Tidak ada perempuan yang baik-baik saja melihat, laki-lakinya dicintai perempuan lain, apalagi perempuannya adalah teman masa kecilnya"

-Bulan Aurelya Hutami-

-Bulan Aurelya Hutami-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang