END

17 7 1
                                    

"BUL, LO DIMANA SI!!!" teriak temannya diseberang telepon. Bulan, gadis itu menjauhkan sedikit ponselnya karena teriakan sahabatnya itu. "Gue udah didepan Sha."

Bulan memutuskan sambungan teleponnya. Gadis itu membuka pintu cafe mencari sosok Sasha yang belum terlihat. Bulan kembali merogoh tas nya karna ponselnya kembali berdering, belum sempat mengangkatnya, seseorang menabraknya.

"Sorry." Ucapnya, lalu pergi hegitu saja. Gadis itu berbalik, menatap lama bahu cowo itu yang perlahan menghilang.

"Bul! astaga ngaret lo ya gue tungguin." Acha, sahabat Alora dari SMA, sampai sekarang. Sayangnya sekarang mereka. berbeda Universitas, maka dari itu sesekali menyempatkan waktu untuk bertemu, "Lagian lo ngapain berdiri disini kayak patung." Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan. "Itu, tadi gue kayak gak asing, tapi gak tau siapa Sha." Bulan berusaha mengingat. "Siapa ya Sha?"

Sasha menatap jengah temannya.

"Dah Bul ayo duduk disana aja lama lo. Gadis itu menarik temannya duduk disalah satu meja paling kanan.

Setelah beberapa menit pesanan mereka datang. "Mas ini Cokelat  pesanan siapa ya?" Bulan bingung mengingat kembali apakah dia salah memesan.

Mas-mas itu meletakan surat dimeja. "Maaf mbak, untuk pengirimnya saya kurang tau. Tapi pesanan yang ini sudah di bayar semuanya.

Sasha berseru heboh. "Gila. kayaknya temen gue punya. pengagum rahasia deh, seneng temenan sama lo kalo gini Bul." Bulan geleng kepala melihat tinggkah berisik Sasha yang sama sekali tidak pernah berubah..

"Yaudah mas kalau gitu, makasi ya."

"Sama-sama mbak"

Sasha penasaran siapa orang yang mengirim ini. "Bul? Siapa pengirimnya?"

Bulan menatap temannya. "Gak tau gue Sha, palingan orang iseng Gimana skripsi lo belum selesai juga?" Tanyanya mengubah topik.

"Ah elo Bul,  padahal gue baru aja seneng karna ditraktir ni. Lo malah ingetin skripsi gue yang gak kelar-kelar, Ga asik lo." Keluh nya seperti anak kuliah yang sudah sangat lelah di semester akhir ini. Bulan hanya tertawa kecil, tau betul Sasha memang sudah beberapa kali gagal mengerjakan skripsinya.

Bulan kembali diam, Dan Sasha menyadarinya. "Jangan diliatin aja
Cokelat nya Bul, dingin ntar." Bulan
tersenyum kecil. "Gue udah lama ga minum Cokelat lagi Cha, beda banget rasanya saat ini didepan gue ada segelas Cokelat lagi."

"Lo boleh mengenang untuk sesekali. Dan lo boleh mencoba kembali hal yang pernah lo lakuin dimasa lalu. Bukan untuk kembali luka Bul, tapi untuk kembali mengingat kalau lo pernah punya cerita itu." Ucap Sasha memberi tau.

Gadis itu tersenyum kecil, Sasha benar. Salah jika dia meninggalkan semua yang berhubungan dengan masalalu.

Sesekali dia memang harus mencoba hal lama yang pernah dilakukannya. Perempuan itu membuka mencari berita lama di ponselnya, namun mengurungkan. dan kembali menutupnya.

Bulan menyeduh minuman itu. "Rasanya masih sama Sha."

"Minumanya atau hati lo yang masih sama Bul?"

"Perasaan nya , Sha."

.....

Bulan pulang dengan perasaan. kalut. Perasaan yang tiba-tiba ada, padahal sudah lama dia lupakan.

Insiden Cokelat tadi, benar-benar
membuat nya mengingatnya lagi. Bulan meletakan bunga di atas makam Fajar, perempuan itu sengaja singgah ke pemakaman.

"Kak?" Panggilnya dihadapan baru
nisan bernama Fajar Bimantara Atmaja."Lo tenang banget disana ya?"

Baru satu kalimat, Bulan sudah
terisak pelan. Dia sangat lemah. Bulan buru-buru menghapus air matanya, lalu memaksa tawanya.

"Maaf ya Kak, aku cengeng banget.  Padahal udah janji setiap kali ke makam kamu aku gak nangis, aku cengeng banget Kak."

Bulan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Terisak dengan suara tangis yang bergetar.

Padahal sudah beberapa tahun, tapi masih sangat sakit.

"Gue ternyata beneran cengeng
Kak... Lirih perempuan itu.

"Gue aslinya gak kuat, tapi gue kuat-kuatin."

Bulan masih menangis, tapi kali
ini membiarkan tangisnya pecah Karena semangkin di tahan, akan semangkin sakit dan ingin menangis.

"Gue kangen banget, gue kangen
Kak Fajar." Bulan memejamkan
matanya. "Gue ikhlasin kepergian lo Kak Fajar, tapi bukan berarti gue bisa lupain lo."

"Tiga tahun gue coba, tapi sia-sia. Gue ingin buat cerita baru di hidup gue, tapi selalu dihantui bayang-bayang lo, Kak. Fajar" Bulan menghembuskan nafasnya.

"Gue gak bisa lupain lo...."

Bulan  menghela nafas, menghapus
air matanya. Dia tidak boleh menangis dan sedih, karena Fajar juga akan sedih jika melihatnya seperti ini.

"Ka...gue mau mulai hidup baru. Tanpa harus ingat lo setiap hari." Ucap Bulan tersenyum simpul.

"Tapi gue gakakan pernah lupain
lo, karena lo selalu abadi Kak Fajar."

"Lo abadi di hidup gue, Fajar Bimantara Atmaja."

Bulan berdiri, membersihkan bajunya dan meninggalkan makam Fajar Dia harus sadar, waktu sudah berjalan tiga tahun, dan dia harus mulai hidup baru dan mulai membuka hatinya lagi.

Meskipun tak berakhir jadi, Bulan harus bangun dari keterpurukannya. Bulan tak boleh hidup dengan di hantui masa lalunya.

Bulan meninggalkan surat di pemakaman Fajar. Entah dibaca tau tidak, biar lah surat itu lenyap sendiri. Bulan hanya ingin menyampaikan isi hatinya.

Bulan tidak akan pernah sembuh.
jika masih memegang erat sesuatu
yang membuatnya sakit, karena
yang dia perlukan ialah rasa ikhlas
atas apa yang seharusnya dilepas.

....

Seorang laki-laki berbaju hitam.
berdiri didepan pemakaman yang baru saja dikunjungi seseorang.

Laki-laki itu mengambil bunga yang di tinggal kan, lalu ada selipan kertas yang membuatnya harus mengambilnya.

Laki-laki itu membuka surat, dan membaca isinya dengan tulisan rapi.




Surat untuk Fajar Bumantara Atmaja.

Dear Fajar......

Aku akan menyimpan mu di tempat yang terbaik. Sangat baik, yang Menyimpan hatimu ditempat paling baik. yang paling baik. Kenangan kita dan semua kebaikan mu. Kasih sayang dan perhatianmu akan abadi di dalam diriku. Hatiku dan kehidupanku.

Karena cinta yung puling tulus
adalah tak memaksa takdir walau hati menjerit ingin hal lain
Sekarang yang bisa ku lakukan
adalah mengikhlaskan mu, aku tak bisa melihat wujudmu lagi, tak bisa melihat mata teduh dan senyum milikmu lagi. Perlahan mungkin Orang-orang akan melupakan ragamu, tapi aku tidak.

Aku akan selalu menyimpan mu
dihatiku, dihidupku. Namamu, dan kenangan mu akan abadi di dalam cerita hidup ku Aku juga tak ingin terpuruk seumur hidup ku, aku akan memulai hidup baru tanpa mengingat mu, tapi tak akan melupakan mu

Satu
Ku pinta pun kamu untuk kembali, tak akan mungkin terjadi. yang harus kamu tau, aku selalu mengenang mu, hal baik tentang mu dan setiap hal yang kau berikan untuk ku selalu ku simpan baik-baik.

Aku mencintai mu Fajar, tapi
apa bisa dikata semesta tak
mengizinkan. Mungkin, di dunia
lain atau mungkin kita di lahirkan kembali, mari bertemu lagi dan menjadi pasangan yang diizinkan semesta bersama, selamanya.

"Selamat tinggal Fajar..."



Laki-laki itu menyimpan kertas surat itu di kantung bajunya. Lalu, ikut pergi meninggalkan pemakaman. Satu, yang sekarang ingin dia ucapkan.

"Jika dilahirkan kembali, jangan pertemukan mereka lagi."










FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang