Banyak beberapa temen sekolah yang datang menjenguk Bumi dirumah sakit, juga ada Bulan dan teman-temannya.
"Bumi masih belum sadar?" Tanya Tiara menatap mereka yang menggeleng dengan raut wajah yang juga menunggu Bumi sadar. Renjani menghela nafas. "Kita banyak berdoa aja supaya di cepet sadar."
Angkasa membenarkan ucapan perempuan itu. Muncul sosok perempuan paruh baya yang mereka tau itu adalah mama Bumi. "Udah pada makan ini?"
"Udah kok Tan," Jawab Bulan dengan senyum ramahnya.
Mama Bumi meletakan beberapa makanan di meja, "ini loh yang cowok-cowok pada pulang dulu, emang gak cape dari kemarin di sini terus" Mama Bumi melihat putranya yang masih terbaring dibrankar. "Ada tante kok yang jagaain dia, kalian semua baiknya pulang dulu istirahat, setelah itu kalau mau kesini lagi setelah kalian udah beres-beres."
Sasha meletakan beberapa baju titipan mama Bumi, karena sejak dulu keluar hanya dekat dengan Mama Bumi. "Tante ini ada titipan kue dari mama."
"Makasih ya anak Sasha" Ucapnya tersenyum kecil.
Fajar mendekat kearah Bumi, mengucapkan banyak kata-kata didalam hatinya. Tapi entah kenapa yang keluar dari mulutnya hanya satu kalimat. "Kal kita pulang dulu ya, gue tau lo bisa lewatin semua ini" Fajar berpamitan pada mama Bumi. "Tante kami izin pamit pulang dulu ya,"
Mama Bumi tersenyum kecil, semua mulai berpamitan terkecuali Langit karena memang laki-laki itu sudah pulang duluan mengurus sesuatu. "Nanti kami balik lagi kok tan" Kata Angga membut mama Bumi tersenyum harus beruntung anaknya dikelilingi teman-temannya seperti mereka.
....
Bulan menatap Bulan yang masih diam belum mau berbicara padanya, "Bul, kenapa? Gue ada salah ya? Atau karena pesan-pesan lo belum dapet balasan?" Tanya Fajar pada Bulan. "Gue lupa bawah handphone gue lagi Bul,"
Bulan berjalan mendahului
Fajar, Laki-laki itu mempercepat jalannya menyamakan langkahnya dengan Bulan. "Bul?"
Bulan berhenti lalu berbalik
menatap Fajar yang juga menatapnya. "kak kalau gue minta sesuatu sama lo bakal lo iyain?"Fajar menghela nafas. "Lo mau minta apa Bulan?"
"Jar jangan terlibat tauran kayak gini lagi, gue ga mau lo terluka Le" Ucap Bulan menatap laki-laki itu dengan raut memohon, karena kabar kemarin sungguh membuatnya khawatir. Bulan takut jika terjadi sesuatu pada Fajar seperti Bumi.
"Gue gak mungkin diam aja sedangkan temen gue kayak gitu Bul," Ucap Fajar dengan suara pelan. Tau jika perempuan ini khawatir tapi rasanya tidak mungkin dia hanya diam melihat Bumi terkapar lemah dirumah sakit.
"Gue tau, tapi bisa gak sih Kak diselesaikan tanpa kekerasan, harus dengan tauran gini? Gimana kalau ada yang terluka lebih parah dari Bumi?" Ucap Bulan, entah apa yang perempuan itu pikirkan sekarang, mungkin Fajar akan
menyebutnya egois.Fajar menghembuskan nafasnya pelan, "Bul kita pulang dulu ya? Tenangin diri lo dulu baru kita bicarain lagi setelah ini."
Bulan melihat sebuah mobil berhenti didepannya, muncul
Sasha yang menampakan diri dari balik kaca mobil. "Bul ayo buruan," Kata Sasha lalu berarti menatap Fajar "Jar, Bulan sama gue ya.""Gue dibareng Sasha Kak, gue gak pulang bareng lo hari ini."
Bulan beranjak pergi meninggalkan Fajar yang masih
diam. "Hati-hati Bul," Ucap Fajar pelang yang masih didengar Bulan....
Fajar merebahkan tubuhnya dikasur, mulai memikirkan kejadian-kejadian belakangan ini. Matanya di pejamkan sebentar lalu memijit pelipisnya pelan.
Pikiran Fajar beralih pada perempuan yang tadi memilih tidak pulang bersama nya.
Rasanya semenjak kehadiran Bulan, banyak hal yang berubah pada diri Fajar. Mulai dari tidurnya yang sudah tidak larut malam, bangun pagi yang lebih cepat, lalu menyukai hal yang juga Bulan sukai.
Perempuan itu cantik. Bantinya dengan senyum kecil. Tapi bagaimana jika perempuan itu pergi? Pergi dan mulai menjadi asing? Atau bagaimana jika dia pergi meninggalkan Bulan?
Fajar membuang perasaan dan pikiran buruk itu, membayangkan nya saja sudah menyebalkan dan menyakitkan batinnya sejak tadi.
Tapi tentang permintaan Bulan tempo waktu tadi, masih terpikir oleh Fajar. Rasanya sulit untuk mengiyakan permintaan Bulan yang satu itu, karna menjadi sebuah anggota geng motor itu adalah resiko nya?
Rasanya tidak mungkin dia hanya berdiam diri melihat teman-temannya melawan musuh yang merusak ketenangan Vagos.
Fajar menghelas kasar nafasnya,
mulai terasa kantuk di matanya. Fajar mematikan lampu kamarnya, mulai memejamkan matanya walaupun masih banyak hal yang terpikirkan dikepalanya.Tapi setidaknya malam ini saja, dia butuh tenang, ingin tidur melupakan semuanya sebentar dan dilanjut besok.
...
Bulan hari ini menginap dirumah Sasha, karena perempuan ini yang meminta dan kebutuhan keluarga Sasha pergi keluar kota.
Sekarang Sasha dan Bulan duduk didepan indomaret, mereka berdua memang memutuskan disini karna jika dicafe rasanya tidak akan tenang dengan suasana yang ramai. Dua perempuan itu memakan beberapa cemilan, dan meminun minuman yang dingin, menikmati angin malam yang menerpa mereka.
"Jadi Fajar ngeiyain permintaan lo gak Bul?"
Bulan menggeleng. "Dia belum jawab Sha," Bulan meletakan minumannya, "gue egois gak sih Sha? Padahal gue cuma takut terjadi sesuatu sama Fajar"
"Gue jadi lo juga akan takut sih kalau terjadi sesuatu ke cowok gue yang sering tauran gitu," Sasha menurut minumannya sampai habis, lalu membuka botol baru. "Tapi lo bayangin deh Ra. Sebelum kenal lo Fajar lebih dulu kenal Vagos, dan sebelum kenal lo hidupnya emang udah seperti itu."
Bulan menghela nafasnya, "lo bener Sha, atau gue yang jadi permasalahannya disini ya, Sha?"
Sasha menggeleng, "bukan gitu Bul, tapi coba untuk saat ini lo yang mengerti Fajar dulu, lo boleh larang dia tapi bukan untuk dia jauhin dan ninggalin Vagos,"
"Gue gak minta dia ninggalin Vagos Sha, apalagi ninggalin temen-temennya. Enggak, gue cuma minta untuk dia gak sering tauran sama anak-anak geng lain,"
"Gue tau kok, tapi coba sekali ini lo yang ngalah dulu, ngertikan posisi dia sekarang karna temennya lagi koma Bul, Fajar mungkin juga lagi gak baik-baik aja karena keadaan nya lagi gini."
Bulan membenarkan ucapan Sasha, mungkin kali ini dia akan mengerti Fajar dulu, Bulan berfikir mungkin dia sedikit egois karna posisi Fajar juga sedang tidak baik-baik saja.
"Gue akan coba mengerti dia Sha," Lirih Bulan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK BULAN
Novela Juvenil"Pada akhirnya, sejauh apapun mengerjar Fajar dan Bulan mereka tak akan pernah bersatu. Walaupun mereka beriringan di langit yang sama" Haii..... aku Bulan, kalian tau kan siapa Fajar? Dia itu sosok pemuda yang bisa buat aku kagum sama dia. owh iya...