Bulan duduk bersama Fajar dibawah pohon dipinggir lapangan, beruntungnya Bulan tidak jatuh pingsan karna hanya pusing saja.
"Kok kesini Jar?" Tanya Bulan pelan.
Fajar menatap lekat Bulan, menatap lama perempuan itu, "Bul nangis gak buat lo jadi orang lemah" Ucap Fajar memilih mengabaikan pertanyaan perempuan ini, karena Fajar tau Bulan sedang, tidak baik-baik saja.
Bulan mengedipkan matanya beberapa kali, menahan air mata yang keluar, sungguh Fajar benar-benar tau Bulan sedang ingin menangis sejadi-jadinya.
Fajar memeluk Bulan, "its okey Bul, ada gue."
Bulan tersenyum kecil melepas pelukan dari Fajar, "Kak mama gak kayak gitu,"
Fajar mengangguk pelan, mulai mendengarkan perempuan ini bercerita "omongan dia yang salah Bul, bukan di lo salahnya."
Bulan menatap laki-laki itu "Orang-orang kok jahat ya Kak? Kenapa dari kemarin-kemarin gak ada yang tanya kebenarannya gimana."
"Bul, lo mungkin perempuan yang rapuh. Tapi lo juga perempuan yang paling kuat karena bertahan sejauh ini" Jelas Fajar pada perempuan itu.
"Omongan orang lain, jika memang itu gak bener lo harus cepat-cepat menghapusnya. Karena hal baik yang harusnya Lo simpen dan Lo ingat.
Fajar menatap sepatunya. Menunduk menghindari tatapan Bulan
"Sama gue lo gak harus jadi sempurna Bul,"
"Lo boleh lepas topeng yang selama ini lo pakai buat nipu orang-orang Bul."
"Lo boleh jadi orang paling lemah, lo boleh jadi orang paling cengeng didepan gue."
"Dengan gue, ayo kita sama-sama jadi orang paling gak sempurna yang bahagia Bul."
"Karena gak ada yang sempurna Bul, kitalah yang harus menyempurnakan cerita ini." sambung Fajar.
"Terimakasih Kak Fajar, untuk semua rasa, tawa, senyum, senang, bahkan hal sedih sekalipun" Ujar Bulan,
"boleh gue jadikan lo sebagai rumah?"
Fajar tertegun, "lo boleh jadiin
gue rumah, untuk lo pulang kapan pun hal senang dan sedih menghampiri lo Bulan.""Bulan?" Panggil Sasha yang berlari kearahnya, "sumpah gue gak ganggu momen kan? Khawatir banget gue sama lo!"
Bulan tertawa kecil, "gapapa
Sha, lo liat buktinya gue ketawa-ketawani," Ucap Bulan memamerkan tawanya."Keliatan banget palsunya," Desih Sasha membuat perempuan itu tertawa pelan.
Sasha melirik Fajar mengode sesuatu. "Jar jangan lupa ya Jar"
Fajar menatap heran perempuan itu, "lupa apanya Sha?"
"Ceelah, besok lo Jar gue ultah.
Awas lo lupa kado gue ya," Ucap Sasha bercanda tapi kalau Fajar
benar memberinya ya untung."Mau apa Lo?"
"Lo bisa nya kasih apa?"
"Istana? Kerajaan? Ruang bawah tanah?" Tanya Fajar sombong.
"Bisa lo kasih gue itu?"
"Gue enggak, tapi Angkasa bisa." Bulan tertawa pelan, "Angkasa pasti bisa kasih semua yang lo mau Sha."
"Ogah Ah Bul. Tu cowo gaje bener cewenya se-Jakarta."
"Ngomongin gue lo, Sha?" Tanya Angkasa yang baru muncul dengan yang lain. Bumi duduk disebelah Fajar, mengeluarkan ponselnya. "Kan omongan Sasha bener Sa,"
"Noh temen lo aja tau!"
Angkas memukul pelan. "Diem deh lo Bumi bau bangke!"
"Lo yang bau!"
Angkasa tak mau mengalah. "Lo lah!"
"Udah anj lo pada ya, udah si Sasha yang bau!" Ucap Angga membuat Sasha langsung melirik nya.
"Kok gue!"
Angga berancang malarikan diri saat pukulan mau dari Sasha hampir mengenai lengannya.
"Parfum gue harga atas jadi gue
gak bau yah Ga"Angga menunduk di depan Sasha. "Siap baduka Ratu."
Bulan sejak tadi tertawa karena tingkah mereka. Fajar disebelahnya ikut senang karena perempuan itu yang mau kembali tertawa.
"Bul semoga tawa lo selalu tercipta."
.....
"Lo balik ke gue, kalau lo gak mau Bulan selalu kena masalah Jar."
Fajar terkekeh kecil, "Ra gue gak kenal lo yang seperti ini,"
"Orang pasti berubah kan Jar? Dan gue janji gak akan ganggu Bulan kalau kita kayak dulu."
"Lo obsesi Ra, bukan banget."
"Obsesi lo bilang?" Tanya Rani tak habis fikir. "Mungkin lo benar Jar!"
"Gue akan pakai segala cara untuk bisa buat lo kembali sama gue, bahkan ketika gue harus menyingkirkan seseorang yang berada disamping lo."
"Ra? Seriously? Ini lo?" Tanya Fajar tak percaya karna Rani yang dia kena dulu tak seperti ini.
Rani yang dulu adalah perempuan ramah dan pintar, tidak se egois sekarang yang memaksa memiliki apa yang bukan miliknya.
"Gue gak bahagia semenjak kepergian lo Fajar," Rani menahan isakan nya, tapi percuma air matanya sudah jatuh.
"Gu... Gue terlalu sepi tanpa lo Jar."
Fajar menatap perempuan itu. "Gue yakin perlahan lo akan bisa Ra."
"Gak bisa Le!" Ucap Rani berteriak. "Gue cape."
Rani menumpahkan segala sesak didadanya, menangis sekencang nya di Koridor yang sepi. Lalu menunduk merasakan sesak yang tak pernah ada habisnya.
"Semoga lo bahagia Ra,"
"Tanpa lo?" Tanya Rani tersenyum kecil.
"Iya, akan ada orang yang nanti lebih mencintai lo," Sambung Fajar.
"Jangan ulangin kesalahan yang pernah lo lakuin dulu Ra."
"Gue gak bisa Jar...."
Fajar tersenyum simpul. "Gue
harap lo gak ganggu Bulan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK BULAN
Teen Fiction"Pada akhirnya, sejauh apapun mengerjar Fajar dan Bulan mereka tak akan pernah bersatu. Walaupun mereka beriringan di langit yang sama" Haii..... aku Bulan, kalian tau kan siapa Fajar? Dia itu sosok pemuda yang bisa buat aku kagum sama dia. owh iya...