Dua pilihan

13 13 0
                                    

Tiap helain rambut perempuan
dengan cardingan biru itu, terus
bertebangan terbawa angin.
Menikmati suara percikan air
danau didepan sana.

Petang ini, disekitaran danau
yang tidak terlalu ramai, hanya
beberapa orang saja yang berlalu
lalang. Dan Bulan, sejak tadi duduk di bangku menunggu seseorang.

"Bul?" Panggil seorang laki-laki
membuat perempuan itu menoleh

"Hai Arsen." Sapanya.

Arsen tersenyum simpul. "Duduk
dulu Bul." Keduanya masih diam,
menikmati udara sejuk disore
hari, dengan pemandangan danauyang tenang. Tapi tidak dengan hati Arsen.

"Tumben lo ajak gue kesini Sen,
ada yang mau lo bicarain?" Tanya Bulan pada laki-laki yang masih menatap danau didepan.

"Gue gak sempet nanya-nanya ke lo kemarin Bul, makanya hari ini pengen ketemu lo." Jelas laki-laki
itu.

Bulan tertawa kecil. "Apa yang mau lo tanya tentang gue si, gua masih sama kayak dulu."

"Lo beda, sekarang tambah
cantik." Celutuk laki-laki itu,
membuat Bulan terkekeh pelan.
Arsen pun ikut tertawa kecil. "Lo
udah punya pacar Bul?" Tanya Arsen tanpa basa basi.

Perempuan itu menoleh pada
Arsem. "Gak ada Sen, kenapa nanya ini?"

"Gapapa si Bul." Ucap Arsen kaku.

"Bul, inget gak? Dulu gue pernah
datengin satu persatu cowo yang
deket sama lo. Supaya mereka gak berani deketin lo lagi.

Perempuan itu tertawa. "Inget
Yan, haha lucu banget lo dulu,
segitunya."

"Lo tau alesan gue ngelakuin itu
gak Bul."

Bulan menggeleng. "Karena gue
temen lo?" Tanya perempuan
itu, karena sama sekali tidak
mengerti maksud dari ucapan
laki-laki itu. Dulu mereka sangat
dekat, dan Bulan menganggap
Arsen sebagai sahabat yang selalu membantunya, jadi Bulan berfikir itu karena Arsen pedulinya sebagai sahabat.

"Lo salah Bul."

Bulan mengerutkan keningnya.
"Jadi? Karena apa Sen?"

Laki-laki itu tersenyum, merasa
bingung harus berkata apa.
"Karena lo sahabat gue Bul, gue
gak mau lo disakiti mereka." Arsen meretuki kebodohannya. Salahnya tidak berani mengungkapkan bahwa dia menyukai perempuan disampingnya ini.

Perempuan yang jadi cinta
pertamanya sejak dulu.
Arsen mengakui bahwa dirinya
pengucut, karena masih belum
berani memberitahu perasaan
yang sebenarnya sejak dulu.

"Mama lo udah sehat Bul?"
Tanyanya mengganti pembahasan.

"Udah mulai membaik kok Sen."
Jawab Bulan. "Lo gimana setelah pindah ke Jogja dulu Sen?"

"Jogja memang seru, banyak hal
mengagumkan Bul. Tapi lo lebih
mengagumkan."

Perempuan itu menarik sudut
bibirnya. "Kenapa gue?"

"Karena temanan sama lo seru,
semenjak gue pindah ke Jogja gak ada lo jadi gak seru." Ucap Arsen  bercanda. Sengaja mengalihkan topik dari pembahasan yang tadi.

"Aneh lo, temen lo kan banyak
banget di Jogja pasti seru-seru
banget."

Laki-laki itu tertawa kecil, lalu
melihat jam tangannya yang sudah menujukan pukul lima sore. "Mau balik Bul? Udah keburu gelap, gue anter Bul."

"Boleh Sen."

Laki-laki itu berdiri, menyusul
Bulam yang sudah berjalan duluan. Arsen menghela nafas, mungkin sekarang belum ada keberanian untuk mengatakan perasaannyapada perempuan itu, namun Arsen akan selalu menunggu hari dimana hari itu ada.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang