Kata Angga, bapaknya kalau marah Angga bisa di geprek kayak ayam geprek.
"Dari mana lo, bawaan banyak banget, kayak ibu-ibu baru pulang dari pasar aja," Celutuk Angga pada Fajar yang datang bersamaan dengan Langit.
Pasalnya dua laki-laki itu menenteng dua tas yang berisi baju-baju Langit, karena cowok itu mungkin beberapa hari akan menginap di markas.
"Kenapa Lang? Bokap lo ngamuk lagi?" Tanya Bumi menebak, lalu menatap ke arah Fajar gantian, "Lo Jar, bawak tas mau nginap disini juga?"
Fajar meletakan tas Langit "Kagak, barang Langit juga ni." Fajar meletakan barang-barang bawaannya di meja besar. "Lo nginap dirumah gue aja Lang, mama gue seneng ada lo malahan."
Laki-laki itu menggeleng tak menyetujui "Gak Jar, gue mau disini dulu aja, lagian disini lo semua pada sering ngumpul, anak-anak yang lain juga kadang nginep disini."
Fajar menghela nafas, Langit anaknya susah di bujuk. Kalau keputusannya sudah ini, tidak bisa di ganggu gugat lagi. "Yaudah, lo kalo butuh bantuan jangan sungkan Lang sama gue lain."
"Aman Lang," langit berdiri dan menepuk bahu Fajar pelan.
Angga pun ikut berdiri melihat isi tas Langit. "Buset dah Lang, ni makanan banyak bener, isi kulkas lo kosongin sampe terlihat debunya doang kah?"
Angkasa yang sejak tadi sibuk dengan game ikut melihat barang-barang yang dibawa Langit. "Gile lo bawak bawang sama cabe buat apaan Lang, mau buka warung nasgor di markas Lang?"
Langit menutup cepat isi tasnya. "Apaa sih lo pada, gini-gini gue jago masak." Langit mengeluarkan isi tasnya. "Oi Sen, bantu gue masukin ke kulkas belakang, ntar malem gue pinjemin PS sampe puas lo."
"Oke, Sip." Sean yang tadi juga sibuk bermain game langsung berdiri, mendengar diberikan waktu main PS sampai puas.
Selang beberapa menit, Langit datang menghampiru Fajar yang duduk disebelah diam sejak tadi, laki-laki itu meliriknya karena sadar Langit mengintip ponselnya. "Tumben lo, ngepoin ig cewe."
"Adek kelas, sekelas sama Acha." Sahut Fajar
"Naksir dia berarti lo?" Tanya Langit lagi. Karena menurut nya, jarang Langit liat temannya ini penasaran dengan seorang perempuan. "Demen cewek lo, gue kira enggak."
"Yakali, gue gini-gini normal. Lagian yang ini beda, semesta bakalan kecewa kalo gue gak kenal sama kirimannya yang satu ini."
"Apa yang ada di dia, sampai bisa lo bilang dia beda, Lang?" Langit masih bertanya, ingin lebih tau apakah temannya benar sedang jatuh cinta, atau hanya penasaran.
Fajar menarik nafas dalam. "Sebelumnya,gue gak pernah ketemu sama perempuan yang ngebuat gue gak bisa ngalihin mata gue sebentar aja dari perempuan itu Lang. Tapi bedanya dia, bisa ngebuat gue gak mau ngalihin padangan barang sedetik pun dari senyumnya."
"Gue gak percaya sama orang-orang yang bilang, jatuh cinta pada pandangan pertama. Menurut gue itu hanya orang-orang lemah yang baru pertama kali ketemu, tapi langsung jatuh cinta." Fajar menyenderkan punggunya di sofa.
"Tapi ketemu dia buat Lang, gue adalah orang gue sadar lemah gue maksud." Sambung Fajar
"Lo jatuh cinta Le." Sahut Langit
"Gue gak bisa bilang ini jatuh cinta Lang, karena menurut gue ini perasaan asing yang belum pernah gue rasain. Tapi gue akan cari tau."
Langit menarik sudut bibirnya, berdiri dan menendang pelan kaki Fajar. "Boleh cari tau tentang perasaan lo ke dia, asal jangan brengsek."
Fajar hanya terkekeh pelan, tak menyahuti lagi ucapan laki-laki itu. Maka dari itu Fajar ingin mencari tau dulu perasaannya, dan tidak ingin menjadi laki-laki brengsek seperti yang Langit katakan. Karena Fajar juga punya mama, perempuan yang sangat disayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK BULAN
Fiksi Remaja"Pada akhirnya, sejauh apapun mengerjar Fajar dan Bulan mereka tak akan pernah bersatu. Walaupun mereka beriringan di langit yang sama" Haii..... aku Bulan, kalian tau kan siapa Fajar? Dia itu sosok pemuda yang bisa buat aku kagum sama dia. owh iya...