Bulan menatap Sasha yang enggan beranjak dari kantin, "buru napa Sha, rame banget ni"
"Elah, benar deh Bul. Liat tu
cogan-cogan lagi makan, cuci mata bentar lah."Bulan berdecak. Tak lama Tiara dan Renjani datang. "Lama banget lo berdua di kantin gak
balik-balik,""Ni si Sasha, gak mau di ajak balik."
Tiara duduk disamping Sasha.
"Yaudahlah bentar lagi aja, lagian belum bel masuk ni.""Pada main yuk?" Tawar Renjani.
"Pengen potong rambut, tapi gak
ada yang nemenin.""Makannya punya pacar Jan,"
Celutuk Sasha. "Halah pacaran tu di gue bikin ribet sendiri, gak siap"Rencana meminum susu kotak
ditangannya."Kenapa di potong?" Tanya Tiara. "Bagusan panjang Jan"
"Pengen mendekin poni aja," Ucap Renjani.
"Ikut ih, pengen ganti cat rambut," Kata Sasha. "Cocoknya ganti apa ya?"
"Ungu Sha." Usul Bulan. "Pakek cat rumah mau?"
Sasha berdecak malas. "Lo sini gue cat pakai krim kue mama gue."
"Hahaha, boleh tu Sha," Ucap
Renjani tertawa. "Awas aja wacananya!" Cibir Renjani. "Iya siap-siap kanjeng ratu."🍃🍃🍃
Angga berdecak frustasi menatap Bumi yang siang bolong gini, ngebo di pinggir gor. Belum lagi Angkasa yang sejak tadi emosi karna Bumi susah di bangunin keburu pak Abdi dateng.
Olahraga didalam gor memang
lebih sempit jadi gak leluasa
main basket. Makanya dari
tadi dia debat sama Sean
memperebutkan bola. Tapi
dasarnya Sean sabar, cowok itu
meladeni saja apa mau Angkasa."Sa" Angga datang membisiki. "Lo kalok frustasi, bilang ke gue biar gue bantu buang Bumi kesungai."
Angkasa mendengus. "Lo gue buang," Katanya membuat Angga mencibir.
"Yok-yok semangat semua" Angga bertepuk tangan memperagakan pak Jokowi ketika mengajar. "Fajar pemanasan nya yang bener dong." Seru Angga membuat anak kelas tertawa.
"Lo pak Abdi kok berubah jadi pak Jengklot," Celutuk Angga Disusul tawa semua orang.
"Makasih sayang pujiannya,"
Angkasa tersenyum miring. Lewat sambil mencolek dagu Fajar yang sedang pemanasan membuat cowok itu menemani Angga sampai tersungkur. Gelak tawa anak kelas semangkin heboh, karena posisi jatuh."Anj lo Jar?"
"Ini sekretaris mana ni, lama banget apsennya keburu panas." Protes Angkasa.
"Apa cari-cari, ngefens lo?" Tanya
Syafa galak, yang baru datang
langsung mengambil buku apsennya. "Misi-misi artis mau lewat.""Artis papan roboh." Celutuk Angga membuat Syafa mengumpat.
"Bukan" Syafa menggeleng. "Papan selancar," Sahutnya membuat yang lain tertawa.
Fajar duduk di pigir lapangan, mengelap keringat di keningnya. Menatap sekeling mencari Langit karena tak ada muncul sejak tadi, kemana laki-laki itu.
"Jar?" Panggil Sean.
Fajar berdeham, lalu membuka tutup botol aqua lalu menegaknya hingga setengah.
"Ada kabar dari Langit?"
Fajar menggeleng. "Gak ada, gue
telponan nomornya gak aktif
terus."Sean membuang nafasnya kasar, merasa janggal akan sesuatu karna sudah tak melihat Langit sejak dua hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK BULAN
Roman pour Adolescents"Pada akhirnya, sejauh apapun mengerjar Fajar dan Bulan mereka tak akan pernah bersatu. Walaupun mereka beriringan di langit yang sama" Haii..... aku Bulan, kalian tau kan siapa Fajar? Dia itu sosok pemuda yang bisa buat aku kagum sama dia. owh iya...