Hari Bahagia Fajar

11 10 4
                                    

"Ada gerangan apa ni wahai
kawan, kenapa dari tadi muka lu
senyum-senyum Mulu dah." Ucap
Sean Curiga. "Kesambet ya Jar?"

"Lo pada laper gak sih?" Tanya Fajar tiba-tiba.

Angga menatap laki-laki itu heran."Wih nanyak-nanyak, Mau traktir lu bang?"

"Lo jadian sama Bulan ya?" Tebak Langit tepat sasaran. Semua pasang mata menatap Fajar, yang masih senyum-senyum.

"Iya Lang."

Angga berteriak heboh. "Astaga,
yaampun, yatuhan."

Fajar mengeplak Angga. "Apaan anj heboh banget ni bocah."

"Serius udah jadian Jar?" Tanya
Bumi yang juga penasaran, dan
langsung di angguki oleh Fajar.

"Sumpah ya Jar, berarti lo harus
traktir kita-kita ni. Iya gak Ga?"
Tanya Angkasa, yang langsung di
angguki laki-laki itu.

"Congrats browww!" Ucap Sean
menepuk-nepuk bahu Aleo.

"Malem ni makan besar kayak
kita."

"Kok Bulan mau sama lo, Jar?"
Tanya Langit bercanda.

"Ye tai lo Lang, gue gini-gini gak
buaya ya anj. Gue serius, gua
akan jadikan dia perempun yang
merasa beruntung."

Langit mengangguk-agukan
kepalanya. "Ya, semoga berjalan
lancar deh Le, hubungannya."

Fajar mengangguk. "Gabung sama temen-temen yang lain gimana?"

"Siapa?" Tanya Bumi bingung.

"Ya temen nya Bulan gue. Si Sasha, renjani, Tiara, gimana?"

Angkasa melempar kulit kacang ke wajar Fajar sambil tertawa keras.

"HAHAHA, anjir lo Jar. Bahasa lo,
Bulan gue-Bulan gue. Iya Lang iya. Bulan punya lo doang elah."

"Maklum anj, lagi kasmaran." Tambah Sean ikut tertawa. "Wah keliatan banget ni cuy, muka Fajar secerah langit di pagi hari."

Bumi menepuk bahu laki-laki itu.
"Awas mendung loh Jar. Intinya
yang terbaik dah sama lo berdua."

Fajar hanya mengangguk, masih
dengan senyumnya yang belum
pudar sejak tadi. Bagaimana
cara dia mendeskripsikan
kabahagiannya ini. Masih seperti
mimpi, karena perempuan itu
berhasil menjadi miliknya.

Teman-teman nya pun tau, laki-laki ini sangat senang. Karena berusaha dari awal mendapat kan Bulan, bukan hal yang mudah.

Jika jatuh cinta semenyenangkan
ini, apakah bisa bertahan lama.
Dia ingin membuat hari bahagia
ini menjadi abadi, namun semesta menolak. Mungkin nanti, ada hari yang akan sulit. Jika mampu, maka hari sulit itu akan terlewat tanpa rasa menyesal.



🍃🍃🍃



Malam yang sudah menampakan
langit gelapnya, Bulan menatap
Fajar dari belakang yang sedang
menyalakan motornya. Karna saat ini mereka berada didepan cafe, dimana teman Fajar dan Bulan berkumpul tadi.

"Bul, ayo naik. Mungkin mau hujan lagi nanti." Tebak Fajar karena langit sudah mendung.

"Mau langsung pulang Kak?" Tanya perempuan itu, yang sudah duduk dimotor besar milik Fajar.

Fajar menjalan kan motornya,
tersenyum kecil di balik helmnya. "Lo gak mau pulang Bul?"

"Keliling-keliling dulu kak."

Fajar mengangguk, menjalan kan
motornya. Setelah beberapa menit, Fajar berhenti di depan pasar malam, yang ramai.

Bulan, dengan raut antusias segera mengajak Laki-laki itu masuk. "Udah lama banget kak gue gak kesini, lo laki-laki kedua yang ajak gue kesini Kak."

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang