Keyakinan

5 5 0
                                    

Bulan menelpon nomor Dika. berkali-kali tapi sama sekali tidak di angkat oleh laki-laki itu. Beberapakali berdecak, karna panggilan tersambung, tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengangkat panggilannya. Tiara melihat Bulan berharap Dika segera mengangkatnya. "Diangkat Bul?" Tiara menghela nafas saat Bulan menggeleng menatapnya..

"Emang ya, cowo modelan sekarang pada brengsek semua" Renjani melipat kedua tangganya, lalu menggigit bibir bawahnya karna merasa khwatir sejak tadi. Bulan yang sejak tadi mencari sesuatu di ponsel nya, langsung berhenti dan melihat kedua temannya.

"Kenapa?" Tanya Renjani bingung.

Bulan mendekatkan ponsel nya
pada mereka, lalu mengeraskan. suara telponnya. "Hallo... Sha?" Ketiganya saling pandang.

"Hai, Bul..."

Bulan menghela nafas, beruntung
nomor asing ini memang benar
Sasha.

"Sha lo dimana? Lo di apain sama Dika?" Tanya Tiara panik sendiri. Tak ada sahutan dari Sasha lagi, membuat ketiganya saling melemparkan tatapan heran. Renjani mencoba mendengar suara di sekitar Sasha, tapi karena mereka di pinggir kota suaranya tidak terlalu dengar. "Sha.... Lo gapapa?" Tanya Bulan lagi karena masih belum ada sahutan. Tak lama suara isakan tangia terdengar dari seberang
telpon. "Sha..."

"Gue cape banget...."

Bulan memejam kan matanya frustasi, jantungnya terasa berdetak lebih cepat karena takut terjadi apa-apa dengannya. "Sha, lo sekrang dimana? Kita kesana sekarang."

"Gue di, apart lo Bul"

Bulan dan yang lain saling memandang. Lalu akhirnya tidak mau bertanya, yang penting harus menemukan Sasha terlebih dahulu.

"Oke gue sama yang lain kesana, lo
tetep disitu ya Sha." Sambungan terputus, Tiara segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi kke apartemen Bulan

Mereka juga bingung kenapa Sasha
bisa tiba di apartemen Bulan.

.....

Bulan memberikan air hangat
pada Sasha, setelah sampai tadi
Bulan melihat Sasha berdiri
didepan aprtnya dengan tangis
yang pecah, dan badan penuh
luka.

"Diminum dulu Sha, jangan
melamun terus" Kata Renjani
mengusap pelan bahu perempuan
itu. "Gapapa Sha, udah ada kita
jadi lo tenang aja."

"Lo di apain sama Dika, Sha?"
Tanya Tiara tiba-tiba yang
langsung dapat pukulan pelan
dari Renjani karena terlalu cepat
menanyakan itu.

Sasha mengambil gelasnya, lalu
meminum air hangat yang

diberikan Bulan. Sasha mengusap
wajahnya yang merah karna.
menangis. "Gue takut..."

Bulam menenangkan Sasha
pelan-pelan.

"Seminggu lalu, gue ketemu sama
Dika" Ucap Sasha mulai bercerita.

"Dia masih kasar ke gue, dan gue
gak berani buat balesnya."

Mereka masih mendengarkan, masih belum mengerti maksudnya.

"Setelah kita berantem diparkiran
deket toko kue nyokap, Dika
maksa gue pergi entah kemana.
Karena gue takut, gue...." Sasha tak
sanggup melanjutkan ucapannya,
karena sejak tadi menangis..

Renjani mengusap pelan punggu
Sasha. "Gapapa Sha, pelan-pelan
aja kita dengerin kok."

"Karna gue takut, gue sengaja
banting stir mobilnya dan
berakhir kita kecelakaan di Tol"

Bulan kaget mendengar nya,
pantas badan Sasha penuh.
luka-luka, tapi beruntung
perempuan itu tidak apa-apa.

"Tapi lo gapapakan?" Tanya Tiara
memeriksa.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang