Yang sebenarnya

4 3 0
                                    

"Fajar udah denger dari papa ya?" Tanya mamanya pelan, tersenyum kecil agar Fajar tak perlu merasa khawatir.

Keduanya duduk dimeja makan setelah beberapa menit diam, akhirnya mamanya berani. menanyakannya. "lya Ma, Fajar udah tau" Fajar menggeser gelas disebelahnya. "Maafin mama ya Jar, gak bisa cerita sama kamu dari awal" Ucapnya dengan helaan nafas panjang. "Mama gak mau kamu merasa terbebani karna masalah penyakit mama."

" Mama berusaha berobat kemana-mana Jar, supaya bisa sembuh. Tapi kata dokter akan lebih bagus jika berobat ke rumah sakit yang lebih besar."

Fajar masih mendengarkan
mamanya berbicara.

"Mama gak bisa pindah kesana dan biarin kamu disini sendiri, walaupun kamu udah dewasa Jar."

"Tapi masih ada harapan mama untuk sembuh kan?"

Nova mengusap pelan bahu putranya. "Pasti Jar, mama akan berusaha sembuh untuk kamu. Tapi mama gak bisa pergi dan ninggalin kamu disini." Fajar menghela nafas panjang.

Sejak tadi malam sudah
memikirkan keputusan yang akan di ambil. Dia harus segera cepat mengambil keputusan. "Kalau itu bisa buat mama sembuh, Fajar akan ikut mama keluar negeri,"

...

"Warna apa yang ga peduli?" Tanya Angga dengan permen karet yang masih di kunyah nya. Angkasa mendesis, "apaan? Merah? Kuning? Kelabu? Merah mudah Dan biru."

"Melutus halon hijau, Dorr" Sambung Angga tertawa kaku, "gaje bet, ditanya apa malah nyanyi lo gigi kuda."

"Jadi apa anjir mana tau gue!"
Angga terkekeh pelan, "biru dont
care. Jadi lebih tepatnya biru
dongker."

Angkasa memaksakan tawanya,
emang jokes Angga itu modelan
bapak-bapak agak gak nyambung.

"Jokesnya apaan banget anjir,"
Ucap Bumi tak habis fikir, "kalo
ngejokes tu yang berfaedah dikit
napa."

"Yaelah macem hidup lu pada
berfaedah. "memukul pelan Angga, "hidup lo yang gak nyambung. Lagi bahas jokes malah nyambung ke hidup"

"Dah males, gak asik, emang gak sefrekusi kita" Decak Angga mengomel.

"Aturan menghargai jokes gue yang seadanya, biar gak kaku bet diruangan." "Lang, Seanmana? Tanya Fajar karna sejak tadi tak melihat laki-laki itu.

"Nganter Sasha balik,"

Mereka saat ini kembali
berkumpul di ruang rawat Bumi,
membantu laki-laki itu menge
masih barang karena sudah
diizinkan pulang. Tapi tidak boleh terlalu banyak beraktivitas dulu.

"Jar, ntar lo tf aja uang balapan
minggu kemarin" Kata Langit pada laki-laki itu.

Fajar mengangguk. Lalu
mengambil ponselnya karna sejak tadi berdering, sedikit kecewa karna itu bukan dari Bulan, tapi dari nomor asing.

Fajar menekan tombol hijau, kali
aja orang penting.

"Hallo?"

"Hallo Fajar, apa kabar Jar?"

"Gimana temen lo Bumi? udah sadar kayaknya karna berani nyusup kerumah gue."

Fajar mengernyit tak mengerti.

"Maksud lo apa!"

"Suruh temen lo balikin surat gue dan akan gue lepasin Bulan!"

"Lo apaain Bulan bangsat! Dimana dia?"

"Harus Bumi sendiri yang dateng
dan kasih surat itu ke gue! Atau
Bulan bakal kenaра-пара."

"Bangsat Lo!"

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang