Karena sudah ditempat sebagus ini, Bulan belum berniat pulang walau hari sudah sore mereka mampir ke tempat makan pinggiran dulu.
Bulan mengajak Fajar makan sate pinggiran.
"Tempatnya ramai Kak, tapi gak terlalu berisik karna gak ada jalan raya" Ucap Bulan menerangkan tempat ini, karna tempatnya. memang jauh dari jalan raya..
Fajar membenarkan, "makanya
gue sering kesini untuk menikmati tenang nya tempat Bul.""Tau tempat ini dari mana Kak?" Fajar tersenyum kecil, "sebelum mama sama papa pisah. keluarga gue sering kesini Bul." Fajar tersenyum kecut. Rasanya menyebut kata keluarga terasa.
sangat asing. "Tapi sering gue ajak Langit kesini juga, makanya dia tau tempat ini Bul," Bulan menarik nafas lalu mengangguk."Mas ini sate nya ya," Ucap abang penjual sate itu yang di balasan senyum ramah Bulan, lalu kembali menjuali pelanggan lain.
Bulan menikmati sate yang di makan, satu yang harus kalian tau Bulan gak suka sate pakai lontong, jadi dia hanya memesan satenya saja.
"Emang kenyang makan sate nya aja?" Tanya Bulan penasaran,
"Abis gimana, emang gak suka. itunya." Tunjuk Bulan pada lontong di piring Fajar.
Fajar menghela nafas berat, "kita
mungkin sampai rumah agak malem Bul, udah kasih tau mama lo?" Fajar berhenti mengunyah, "udah Kak, kata mama asal hati-hati. Mama juga lagi jaga butik jadi gak dirumah."Fajar mengangguk mengerti, "adik lo dirumah sendiri? Berani?"
Bulan mengingat Bintang, "ah dia gak dirumah nginep di rumah tante gue, soalnya ada yang sebaya sama dia."
Fajar lagi-lagi mengangguk
mengerti mendengarkan
perempuan itu mengoceh.setelahnya keduanya menikmati
makanan mereka sampai habis.
Setelah beberapa menit di warung sate, mereka kembali menuju parkiran hendak pulang,"Bulan?" Panggil Fajar membuat
perempuan itu menoleh, "di ujung sana ada tempat untuk kita beli barang, mau liat-liat gak?"Bulan tampak sumringah, lagipun masih sempat dan mungkin kesana tak akan memakan banyak waktu. "Ayo Kak, gue seneng liat-liat yang begituan."
Mereka mulai menelusuri tempat itu, seperti pasar untuk membeli oleh-oleh yang datang ketempat ini.
Bulan melihat-melihat pernak-pernik seperti kalung.
gelang, anting dan lain-lain. Tapi
matanya tertuju pada satu kalung berbentuk hati.Bulan mengingat kembali, apakah masih menyimpan uang saku, tapi dia baru ingat uang sakunya sudah dia habiskan untuk bayar ongkos taksi, dan Bulan lupa membawa uang lebih karna tidak ada rencana akan pergi kesini.
Mereka berdua kembali melihat-lihat tempat itu, berjalan
sambil mengobrol entah apa yang sedang mereka tertawakan.Fajar melihat sebuah paper bag.
teringat mamanya yang sering
mengunakan paper bag untuk
menyimpan barang-barangnya."Bul, bantuin gue pilihin paper bag buat mama gue ya?"
Bulan melihat orang berjualan
paper bag disamping kanan, lalu
tersenyum kecil segera menarik
tangan Fajar ke sana.."Lo suka ya mana Kak?" Tanya
Bulan menatap Fajar yang sedang bingung.
"Kalau lo Bul? Kali aja sama-sama perempuan jadi seleranya sama" Kata Fajar kembali melihat-lihat.
"Kalau lo tanya gue suka yang
kayak mana, yah warna hitam lah Bul, gak bewarna.""Jangan hitam lah Kak," Bulan
melihat paper bag di atas, "ini
bagus Kak, warna biru. Terang,
cocok untuk mama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK BULAN
Teen Fiction"Pada akhirnya, sejauh apapun mengerjar Fajar dan Bulan mereka tak akan pernah bersatu. Walaupun mereka beriringan di langit yang sama" Haii..... aku Bulan, kalian tau kan siapa Fajar? Dia itu sosok pemuda yang bisa buat aku kagum sama dia. owh iya...