Simulasi pendekatan

16 14 3
                                    

Bulan duduk di halte, menunggu
bis yang menuju rumahnya.
Perempuan itu kembali mengingat ucapan-ucapan manis Fajar. Sial, kenapa dia harus cemburu, Fajar bukan pacarnya. Dia belum jatuh cinta padah laki-laki modus itu.

"Omongan doang sok manis, gak
sesuai fakta."

"Siapa yang sok manis?"

Seorang laki-laki yang baru datang duduk menatap perempuan itu yang sejak tadi mendumel.

Fajar turun dari motornya, dan
menghampiri Bulan.

"Kok lo disini?"

"Karena gue janji anter lo kan?"
Bulan mengerutkan keningnya.

"Bukanya tadi lo anter orang lain."

"Oh lo liat?" Tanya Fajar
memancing, ini ternyata alasan
perempuan itu mendumel.
Bulan berdecih, dia punya mata
jadi bisa liat. "Ga Kak, pakek kaca mata full hitam gue tadi jadi gak liat."

"Bul kok sewot, lo cemburu?"

Bulan menggeleng. "Apasih Kak, hak gue apa cemburu sama lo."

"Bul, dia tadi mantan gue. Gue
anter dia sampe gerbang doang, trus gue pesenin dia taksi online. Gue udah gak ada urusan sama dia, gue bilang tadi ke dia jangan sering ganggu gue lagi, karena gue lagi simulasi pdkt sama orang." Bulan  masih diam belum menanggapi ucapan laki-laki itu.

"Trus dia sempet nolak dan
maksa gye tetep nganter dia.
Tapi gue tolak, dia bilang mau
perbaiki hubungan yang dulu
sama gue. Gue gak mau Bul, gue
cepet-cepet akhiri perbincangan
sama dia, soalnya buru-buru takut lo nunggu." Jelas Fajar, semua yang di ceritakan pada Bulan benar. Dia benar-benar ingin mengakhiri semunya dengan Rani, dia juga tidak tau jika Rani tiba-tiba bertukar pelajar dengan sekolahnya.

Bulan menghela nafas.
berhubungan dengan seseorang
yang masa lalunya masih
mengejarnya, menurut Bulan itu
rumit.

"Ayuk gue anter Bul." Ajak Fajar.

"Jangan dipikiri lagi ya Bul, percaya gak nya lo sama jawaban gue tadi itu hak lo. Tapi, ada hal yang harus lo tau Bul."

"Apa?" Tanya perempuan itu.

"Gue serius perihal diri lo."
Bulan diam menatap manik mata
Fajar yang juga menatapnya.
Apakah dia sudah salah sangka
terhadap laki-laki ini. Apakah
benar Fajarserius dengannya?

Fajar memberikan helm pada
perempuan itu. Keduanya masih
diam dia atas motor besar milik
Fajar. "Bul, gue mungkin udah suka sama lo."

"Apa Jar? Gue gak denger."

"Bulan mau makan dulu enggak?" Tanya laki-laki itu Lagi, sengaja mengubah kalimat pertama.

"Mau makan nasgor deket mang
Ujang lagi Jar." Usul perempuan
itu.

"Oke Bul, pegangan yang kuat ya." Pinta Fajar bercanda.

"Dasar modus."

Mang Udin datang kemeja
Fajar dengan senyum ramah
andalannya. "Aduh mas Fajar,
sekarang kalo kesini selalu sama
neng ini ya."

Fajar terkekeh. "Semoga
kedepannya juga mang saya."
"Harus itu mas, kalau diliat-liat
mah cocok tenan kalian ini."
Kata mang Udin tak henti
menggoda mereka. Dan Bulan
hanya tersenyum ramah, berharap semoga benar dia akan tetap kesini bersama Fajar.

"Mang nasi gorang dua ya, yang
satu jangan pedes." Ucap Fajar,
yang sudah mulai hapal.
Bulan tersenyum kecil, ternyata
Fajar mengingatnya.

"Kak, lo bilang mau kasih pesan ke gue, pesan apa?" Tanya perempuan itu penasaran. Fajar mengeluarkan gelang hitam, terdapat mainan panda kecil di gelang it."Bul, pakai deh lucu kalo lo yang pakai. Bulan menerima pemberian
laki-laki itu. "Ini pesannya Kak?" Laki-laki itu mengangguk. "Iya Bul, jangan di lepas ya. Lo boleh lepas gelang itu, kalau nanti sudah gak ada tentang kita." "Maksudnya?" Tanya Bulan bingung. "Kita akan menjadi cerita yang usang Bul, entah nanti seberkesan apa tentang kita, semua akan usai dan usang karena waktu. ketika masa itu tiba, ketika sudah tidak ada lagi tentang kita, gue harap lo gak terlalu cepat-cepat menghapus kenangan Bul." Ucap Fajar, membuat Bulan sedikit takut
pasalnya ini tentang perpisahan
dan kehilangan.

FAJAR UNTUK BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang