Rayya
Harris menindihku, tubuhnya menguarkan kehangatan yang membuatku seperti terbakar. Tatapannya tak beranjak dariku saat dia menangkup kedua sisi wajahku.
"Kesempatan terakhir. Kamu belum berubah pikiran?"
Aku menggeleng. Hati dan logikaku satu suara saat ini. Mereka berdua menginginkan Harris. Tubuhku, jiwaku, hatiku, semuanya menginginan Harris.
Setelah menciumku dalam dan lama, Harris bangkit berdiri. Aku merasa kosong saat dia tidak lagi bersamaku. Namun, semua protesku menguap begitu saja saat melihat Harris melepas pakaiannya.
Demi Tuhan, dia begitu sempurna. Selama ini aku menganggap pria sempurna itu tidak pernah ada. Semua asumsiku salah, karena di hadapanku ada Harris.
Jantungku bertalu-talu saat Harris mengeluarkan kondom dari dalam laci. Matanya tidak beranjak dariku saat kedua tangannya memasang kondom tersebut. Aku terkesiap saat melihat kejantanannya yang sudah menegang sempurna.
This is my first time. Belum pernah aku melihat keindahan lain selain yang dimiliki Harris. Besar, gagah, dan begitu menggoda. Dia menjulang di hadapanku, dengan kejantanannya yang keras, siap melambungkanku ke puncak kenikmatan.
Harris kembali menindihku. Kulitnya terasa hangat saat bersentuhan denganku. Skin to skin. Keintiman ini nyatanya jauh lebih indah dibanding bayanganku selama ini.
"Sayang, aku pelan-pelan, ya. Aku enggak mau kamu kesakitan."
Dia berada di daftar terakhir orang yang akan menyakitiku.
Sambil menciumku, tangannya menyentuhku. Tak ada sedikit pun kulitku yang terlewat tanpa merasakan sentuhannya. Harris kembali memanjakan payudaraku, membuaiku dengan sentuhan dan remasannya yang memabukkan. Setiap sentuhannya semakin membangkitkan hasratku, membangunkan seluruh sistem sarafku, membuatku kian merasakan kehadirannya seutuhnya.
Sentuhannya bergerak turun hingga ke kewanitaanku. Sekali lagi, dia memanjakanku. Dengan jari-jarinya, Harris membuaiku, membuatku melayang tinggi. Rasanya begitu nikmat, aku hanya bisa mengerang untuk meningkahi kenikmatan yang dihadirkannya.
Debar jantungku semakin tidak beraturan ketika Harris memperdalam cumbuannya. Aku menunggu dengan penuh antisipasi. Kebutuhan mendasar yang menguar dari tubuhku begitu mendesak. Hanya Harris satu-satunya yang bisa meredam kebutuhan tersebut.
Harris menempatkan dirinya di antara kedua pahaku. Aku bisa merasakan kejantanannya yang keras, siap untuk merobekku. Napasku tidak beraturan ketika perlahan Harris melesak ke dalam tubuhku.
Rasanya begitu intim. Terlebih, tak sekalipun Harris mengalihkan tatapannya dariku.
"Mas..." jeritku saat Harris mulai memasuki tubuhku.
"Ya, Sayang." Dia menciumku, mungkin ingin menenangkanku.
Semua cerita yang kudengar tentang pengalaman pertama memutuskan untuk menghantuiku saat ini. Rasa takut akan sakit yang tak terperi mulai mengganggu. Aku mengusir ketakutan itu jauh-jauh dan memusatkan perhatian pada Harris.
He will never hurt me.
Aku menggigit bibir saat kejantanannya masuk kian dalam. Debar jantungku sangat cepat, seiring dengan hasrat yang makin menguasai.
"Rayya, Sayang..." Harris mendekap tubuhku erat.
Aku mulai merasakan kehadirannya. Rasanya begitu asing, tapi dekapan Harris yang erat menenangkanku.
"Rayya... Aku butuh kamu, Sayang." Harris kembali membisikkan betapa dia mencintaiku, sementara dirinya semakin menguasaiku.
Aku menjerit keras saat Harris sepenuhnya berada di dalam tubuhku. Seolah ada yang memukul kepalaku saat ini, bertubi-tubi, menghadirkan rasa sakit yang teramat kuat. Aku tak kuasa menahan air mata yang mengaliri pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Temptation
Roman d'amourHarris Jusuf Dari semua perempuan, kenapa harus dia? Di saat aku berani untuk jatuh cinta lagi, kenapa hatiku memilih dia? Dia, perempuan yang tidak seharusnya kucintai. Dia, perempuan yang terlarang untukku. Namun, semakin aku berusaha menolak, sem...