43. Hadiah Berharga

12.6K 784 7
                                    

Harris

“Aku punya hadiah ulang tahun untukmu,” ujarku sembari menutup pintu di belakang. Setelah mengantar Mama kembali ke panti, aku membawa Rayya pulang ke rumahku.

Hari ini belum berakhir. Perayaan ulang tahun Rayya belum usai. Aku masih menyimpan kado yang akan kuberikan kepadanya di rumah ini.

Rayya meraih pingganku. Dia menengadah dengan senyum menggoda di wajahnya.

“Kamu, kan, hadiahnya?”

Aku terkekeh mendengar godaannya. “Aku jelas enggak keberatan, tapi aku beneran menyimpan hadiah untukmu.”

Rayya menatapku dengan mata menyipit. Dia pernah mengutarakan keberatan ketika aku memberinya hadiah, tapi saat itu tidak ada momen khusus yang menjadi latar belakang hadiah tersebut. Namun sekarang, aku punya alasan untuk membujuk Rayya jika dia menolak hadiah itu.

“Sayang, ini ulang tahunmu. Masa iya aku enggak memberi hadiah apa-apa,” alasanku.

Surprise di panti? Makan siang dengan Mama?” Rayya bertanya.

“Itu kejutan. Bukan hadiah.”

Rayya masih bergeming, membuatku sadar dia tidak akan beranjak dengan sendirinya. Tidak ingin membuang waktu, aku mengangkat tubuh Rayya. Dia terpekik, sama sekali tidak menyangka aku akan menggendongnya seperti ini. Tawaku tumpah saat Rayya memukul punggungku, meminta untuk diturunkan.

Matanya memelotot ke arahku saat aku menurunkannya setelah sampai di kamarku. Aku tak kuasa menahan tawa melihatnya yang begitu menggemaskan.

“Kamu tunggu di sini.” Tanpa menunggu balasannya, aku beranjak menuju nakas.

Di dalam sana, terdapat hadiah yang sudah kubeli sejak satu bulan yang lalu. Kali pertama melihatnya, aku langsung menyukainya. Aku membayangkan Rayya saat memakainya, rasanya tak ada perempuan lain yang cocok memakainya selain Rayya. Itulah alasanku membelinya.

Aku kembali menghampiri Rayya dan menyodorkan kotak tersebut. “Hadiah ulang tahun buatmu, semoga kamu suka.”

Tatapan Rayya terlihat lembut saat menatapku. “Mas, kamu sudah memberi terlalu banyak.”

“Apa yang aku beri enggak bisa membalas kebahagiaan yang kamu berikan.”

Rayya tertawa kecil. “Aku enggak akan menang kan berdebat denganmu?”

“Untuk hal lain, mungkin kamu bisa menang. Untuk hal ini, sorry, Sayang. Aku bisa jauh lebih keras kepala dibanding kamu,” balasku.

Sambil terus tertawa, Rayya akhirnya menerima hadiah tersebut. Dia membukanya perlahan, begitu berhati-hati. Napasnya terkesiap saat membuka kertas pembungkus dan di tangannya kini ada kotak beludru berwarna biru tua dengan logo Chopard di bagian atasnya.

“Mas…” Rayya mencoba untuk kembali protes, tapi aku menahan setiap protes tersebut.

Aku memberi kode agar dia membukanya. Akhirnya Rayya membuka penutup kotak tersebut. Rayya terkesiap, matanya membelalak saat melihat perhiasan yang ada di dalamnya.

“Mas, ini cantik banget.”

“Kamu suka?” tanyanya.

Rayya menatapku. “Aku enggak pernah punya perhiasan mahal, tapi aku sering lihat perhiasan seperti ini. Mas, ini perhiasan paling cantik yang pernah aku lihat.”

Aku mengambil kalung tersebut lalu beranjak ke balik punggung Rayya. Seakan mengerti maksudku, Rayya mengangkat rambutnya. Lehernya yang jenjang terlihat begitu menggoda, terlebih saat aku memasangkan kalung ini di sana. Kalung tersebut sederhana, berbentuk rantai tipis berwarna putih dan bandul berbentuk prisma yang di setiap sudutnya diisi berlian yang berkilauan.

His Secret TemptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang