38. Asking Olivia

9.2K 915 12
                                    

38. Asking Olivia

Rayya

Capek banget, Mas. Masalah di kantor enggak habis-habis.

Harris

Ada kejadian apa di kantor?

Rayya

Drama banget pokoknya sama Streamflix. Malah ada ancaman layoff. Aku khawatir kalau benar.

Harris

Kamu masih muda. Kamu juga pintar. Kalau layoff kan bisa cari kerja baru.

Rayya

Enggak semudah itu. Posisiku bisa banget diisi oleh fresh graduate yang bisa dibayar murah. Istilahnya aku enggak sepenting itu buat dipertahanin.

Harris

Pasti ada jalan lain. Mungkin ini saatnya kamu serius dengan keinginan membuka toko kue.

Rayya

*sigh*

Harris

Don't give up. Apa pun yang terjadi, aku ada untukmu.

Rayya

Kamu kapan pulang? Butuh dipeluk.

Harris

Tiga hari lagi.

Rayya

Masih lama *cry*

Harris

Tiga hari itu sebentar.

Rayya

Kalau kangen, rasanya lama.

Harris

Ditahan aja kangennya. Nanti jadi makin hot ketika aku pulang.

Rayya

You wish.

Lol.

But you're right.

Harris

I miss you too I want to take a flight home but I can't do that.

Begitu aku pulang, aku akan enggak melepaskanmu. Sedetik pun.

Aku janji.

***

Rasanya baru kemarin aku mengantar Olivia di hari pertama dia masuk Taman Kanak-kanak. Sekarang dia sudah tumbuh jadi perempuan dewasa.

Olivia melambai ke arahku dari seberang jalan. Rambutnya yang dicat pink langsung menyita perhatianku. Olivia mengambil kuliah jurusan Fine Arts di Sydney. Penampilannya cukup nyentrik, tapi saat melihat Olivia bersama teman-temannya, dia terlihat begitu biasa.

"Papa." Olivia memelukku. "Kenapa enggak bilang-bilang mau datang? Kuliahku lagi padat banget. Untung aja dosenku berhalangan hadir, makanya aku agak kosong."

Sejak kecil, Olivia selalu ceria. Dia bisa bicara panjang lebar tanpa jeda. Kehadirannya selalu membuat suasana jadi hidup dan meriah. Aku sempat kehilangan sosok Olivia yang seperti ini ketika Anne meninggal.

Justru Olivia yang menyadarkanku bahwa aku telah terlalu lama meninggalkan anak-anakku. Aku merindukan tawa Olivia. Aku kehilangan Olivia yang ceria. Detik itu aku menyadari semua kesalahanku.

"Pesan makan dulu." Aku menyodorkan buku menu ke hadapannya. "Sejak kapan rambut kamu pink begitu."

Olivia menyengir lebar. "Dua hari lalu. Temanku kerja di salon, dan dia baru saja lulus kursus mengecat rambut. Aku jadi kelinci percobaan, untung aja hasilnya bagus."

His Secret TemptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang