66. Menatap Masa Depan

10.2K 847 13
                                    

Rayya

Harris menahan kedua tanganku di atas kepala. Tubuhnya menindihku, tidak menyisakan sedikit pun jarak denganku. Bibirnya terus membungkamku, sedikit pun tidak pernah melepaskanku. Tangannya tak henti menyentuhku, membangkitkan hasrat yang menggebu.

Sepenuhnya, aku berada di bawah kuasa Harris.

Teriakanku teredam oleh ciumannya saat Harris memasuki tubuhku. Penisnya yang berada dalam tubuhku membuatku merasa penuh.

Juga utuh.

Harris menggerakkan tubuhnya, memacu hasrat dari dasar tubuhku. Gerakannya cepat dan liar, membuatku kian terpacu untuk memadu kasih dengannya.

"Mas..." desahku, sembari mengambil napas, ketika Harris melepaskan ciumannya.

Harris terus menyentakku, menyentuh titik sensitif di dalam kewanitaanku. Dia tak henti menghantamku, mengoyak tubuhku, melambungkanku ke puncak kenikmatan tertinggi.

Entah dari mana datangnya kekuatan karena aku mendorong Harris hingga dia rebah berbaring. Segera saja aku menaiki tubuhnya. Kejantanannya yang menghantam, membuatku terasa penuh. Aku menegakkan tubuh, bergerak liar di atas Harris.

"Sentuh aku, Mas."

Harris mengulurkan tangannya dan meremas payudaraku. Rasa perih yang ditinggalkannya membuatku semakin menggila.

Aku memutar tubuh, dengan penis Harris yang masih berada di dalam tubuhku.

"Yaya, sekali lagi, please."

Aku tersenyum lebar, mengulang gerakan yang sama. Harris mendongak, mulutnya terbuka, tampak begitu menikmati percintaan ini. Wajahnya yang tersiksa akibat nafsu dan rangsangan membuatku besar kepala, dan semakin terpacu untuk memuaskannya.

Harris menahan pinggangku, sementara dia kian menusukku dengan liar. Mataku berkunang-kunang, pertanda sebentar lagi aku akan menyerah di hadapannya.

Gelombang dahsyat memaksa keluar dari dasar perutku. Aku tak kuasa menahannya. Detik setelahnya, gelombang itu menghantamku dengan sangat dahsyat.

Aku menjerit kencang. Menjeritkan nama Harris.

Tubuhku masih bergetar akibat serangan orgasme dahsyat ketika Harris membalik keadaan. Kini, dia berada di atasku. Gerakannya yang liar menandakan dia tak akan berrahan lama.

Vaginaku berkedut saat Harris mencurahkan cairannya. Begitu dahsyat. Dia terus menyentakku, memenuhi tubuhku dengan cairan spermanya yang hangat. Harris mendekapku erat, dengan penisnya yang masih berada di dalam kewanitaanku.

"Dry me out, Sayang. Isap sepenuhnya hingga tak ada yang tersisa."

Dan itu yang kulakukan, memenuhi permintaannya, menyesap setiap tetes cairannya hingga tak ada yang tersisa.

***

Aku mengangkat tangan, mengakibatkan berlian di atas cincin di jariku memantulkan cahaya lampu. Senyum tak pernah hilang dari wajahku setiap kali memandangi cincin itu.

Cincin yang disematkan Hardis di jariku beberapa jam yang lalu, menjadi bukti ikatan cintaku dengannya.

"Kenapa senyun-senyum?" Tanyanya.

Aku melirik dengan ujung mata. Harris tengah berbaring, dia menyilangkan kedua tangan di belakang kepala. Tubuh telanjangnya mengkilat akibat keringat, membuatnya tampak begitu menggoda.

Aku berbaring menyamping, menopang kepala dengan tangan sehingga bisa mengulurkan tangan ke hadapannya.

"Aku memakai cincinmu."

His Secret TemptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang