32. Over the Top

20.4K 964 15
                                    

Harris

Rayya bukan cinta pertamaku, tapi dia memberikan banyak pengalaman pertama kepadaku. Baru kali ini aku begitu tergila-gila pada perempuan. Saat bersama Rayya, aku rela melakukan apa saja untuk melihatnya tersenyum.

Hubungan ini memang baru seumur jagung. Seharusnya, masih terlalu dini untuk mempertimbangkan hal serius. Namun aku tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa hatiku telah terpaut sepenuhnya kepada Rayya.

Tidak ada perempuan lain. Bagiku, Rayya adalah selamanya.

Kehadiran Rayya membuatku selalu berusaha lebih keras. Tujuanku hanya satu, kebahagiaan Rayya.

"Mas Harris."

Aku tersentak dari lamunan saat mendengar panggilan Rayya. Aku berbalik dan detik itu juga jantungku langsung berhenti berdetak.

Rayya begitu cantik dalam gaun hitam berpotongan panjang dengan belahan tinggi hingga ke paha. Aku membayangkan Rayya akan terlihat sangat cantik dalam gaun itu, sehingga aku membelikannya untuk Rayya. Kenyataannya tak sebanding dengan bayanganku.

She's so stunning.

Rayya menggelung rambutnya, memberikan kesan berantakan yang seksi. Makeup tipis membuat wajahnya bercahaya. Bibirnya dipulas lipstik merah, membuatku ingin melumatnya dan mengacaukan lipstik tersebut. Rayya jadi lebih tinggi berkat sepatu yang dipakainya, membuat kakinya terlihat jenjang.

She's so breathtaking.

Naluri binatangku langsung terpanggil saat melihat Rayya. Rasanya ingin merobek gaun itu agar tak ada yang menghalangiku dari tubuh Rayya.

Sekuat tenaga, aku mengendalikan diri. Malam ini istimewa, aku sudah menyiapkan kejutan untuk Rayya. Aku tidak mau nafsu mengacaukan semuanya.

"Shall we?" Aku menyodorkan lenganku untuk dirangkul Rayya.

Rayya melingkarkan tangannya di lenganku. "Aku penasaran kita mau makan malam di mana."

"Rahasia."

Rayya memberengut. "Jauh enggak? Aku kelaparan."

"Enggak kok. Kamu pasti akan menyukai tempatnya," ujarku.

"Mas, makan di hawker aja aku suka." Rayya meneliti bayangan tubuhnya yang terpantul di pintu lift. "Kamu segini niatnya beliin aku baju dan sepatu."

"Kamu cantik pakai baju ini."

"Ini terakhir kalinya ya kamu beliin aku kayak gini," ujarnya. Rayya selalu tidak nyaman setiap kali aku memberikannya hadiah, padahal aku tidak keberatan sedikit pun.

"Aku suka beliin kamu hadiah," balasku.

"Jangan keseringan aja."

"Aku enggak keberatan nerima hadiah darimu." Aku menawarkan solusi atas rasa tidak nyaman yang dirasakannya.

"Oke."

Mobil yang kupesan sudah menunggu di lobi. Rayya kembali mendesakku soal tempat makan malam, dan aku kesulitan menahan rahasia. Matanya yang berbinar penuh godaan adalah kelemahanku.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke Singapore Flyer. Rayya terkesiap saat akhirnya menyadari rahasia yang kusimpan sejak tadi.

"Mas, kita dinner di sini?" Tanyanya.

Aku menyewa private capsule yang menyajikan layanan makan malam. Ide ini sudah terbersit di benakku sejak malam ketika aku dan Rayya menatap Singapore Flyer dari kejauhan.

Waitress membimbingku dan Rayya memasuki kapsul di bianglala besar itu. Rayya menatap sekelilingnya dengan kekaguman yang tidak bisa ditutupi.

"Makasih sudah mengajakku ke sini, Mas Harris," ujarnya. Melihat senyum tulus di wajahnya membuatku lega.

His Secret TemptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang