28. Hari Bersamamu

22.8K 919 2
                                    

Harris

Hal pertama yang kulihat saat membuka mata adalah sosok bidadari yang teramat cantik berada di tempat tidurku. Cahaya pagi yang mengintip masuk lewat celah gorden yang terbuka membuat Rayya terlihat begitu bercahaya. Dia berbaring menelungkup, membuatku bisa leluasa menatap punggungnya.

Bekas kemerahan di kulitnya membuatku pongah. Aku mendadak besar kepala. Karena akulah yang meninggalkan ruam tersebut. Ruam yang menandakan Rayya milikku.

Kehormatannya menjadi milikku.

Aku tak bisa menahan senyum, juga rasa puas yang membuncah di dalam hatiku. Rayya begitu cantik, begitu murni, dan dia mempercayakan hati serta tubuhnya kepadaku.

Hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan perempuan seperti Rayya. Aku pastikan, aku bukan bagian dari manusia bodoh itu.

Aku mengulurkan tangan untuk menyentuh punggungnya. Kulitnya terasa hangat saat kusentuh. Aku beringsut mendekatinya hingga bisa mendekapnya.

Memeluk Rayya sepanjang malam menjadi momen paling indah yang pernah kurasakan. Sudah lama aku tidak merasakan keintiman seperti ini.

Semua keintiman tersebut ikut terkubur bersama Anne. Setelahnya, aku tidak lagi bisa merasakan hal yang sama. Aku mencoba dan terus mencoba, tapi tak ada perempuan yang bisa menyentuh hatiku. Kebersamaan dengan perempuan tak lebih dari sebatas pemuas kebutuhan fisik semata.

Hingga semalam, ketika aku bercinta dengan Rayya. Aku bercinta dengan sepenuh hati, karena aku teramat mencintai perempuan yang berada di tempat tidurku ini.

Aku tidak pernah menduga akan jatuh cinta kepada Rayya. Situasi tidak menghendaki agar aku jatuh cinta kepadanya. Namun pesona Rayya begitu kuat. Semakin aku menjauh, semakin dia menarikku untuk terus berada di depannya.

Di hadapan Rayya, aku tak ubahnya sebatas pria lemah. Dia menguasai hatiku sepenuhnya. Sekarang, dia juga menguasai tubuhku. Karena setelah ini, bercinta adalah Rayya.

Aku mengecup punggungnya, meninggalkan kecupan demi kecupan di sana.

Benakku tak henti-hentinya memainkan percintaan semalam. Rayya yang begitu cantik dan bergairah saat berada di bawahku.

Pertama kali Rayya mengutarakan keinginannya, detik itu juga aku ingin membawanya ke tempat tidurku. Namun Rayya mengutarakan fakta yang membuatku mengambil seribu langkah mundur.

Rayya pernah berpacaran dengan Marthin. Hal itulah yang membuatku selalu dibakar cemburu karena membayangkan ada laki-laki lain yang menyentuh Rayya dan laki-laki itu adalah Marthin, anakku sendiri. Aku mengenal Marthin, juga hubungan yang dijalaninya. Aku pernah melihat seorang perempuan di tempat tidurnya ketika aku menghampiri apartemennya. Pagi itu, aku hanya melihat siluetnya dan aku langsung menyimpulkan perempuan itu adalah Rayya.

Nyatanya, Marthin atau siapa pun tidak pernah menyentuh Rayya.

Emosiku kembali terpancing, karena Marthin terang-terangan selingkuh di belakang Rayya. Dia jelas tidak tahu cara menghargai Rayya.

Rayya mengerang singkat, menyadarkanku kalau dia sudah terbangun. Dia mengerjap beberapa kali sebelum membuka mata. Cahaya matanya yang jernih itulah yang memerangkapku dalam pesonanya.

"Pagi, Mas Harris."

Sapaan pagi paling indah yang pernah kudengar.

Aku berlama-lama mencium pundaknya, sebelum membalas sapaan itu. "Pagi, Yaya."

Rayya memutar tubuhnya hingga berbaring telentang. Nafsuku kembali terpanggil saat melihat keindahan nyata di hadapanku. Rayya dan tubuhnya yang sangat menggiurkan. Kejantananku langsung mengeras hanya dengan melihat tubuh Rayya.

His Secret TemptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang