BAB 40: Winner

13 4 0
                                    

Tidur Daniel terusik kala mendengar suara keributan disekitarnya.

Dengan malas lelaki itu membuka mata sambil mengubah posisi dari tengkurap menjadi terlentang.

Mata Daniel langsung membulat sempurna kala melihat Bella sedang bercengkrama dengan tiga teman sekamarnya sambil memakan sarapannya.

Lelaki itu langsung duduk.

"Baru bangun?"

"Hm."

Bella menyunggingkan senyum simpul yang membuatnya tambah cantik. "Ayo sarapan. Gue udah beliin sarapan buat lo."

Daniel mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Dari dalam kamar mandi terdengar jelas percakapan Bella dan tiga orang asing itu.

Lelaki itu agak kesal, kenapa Bella harus se friendly itu dengan lelaki lain.

"Tapin nih boss, senggol dong!" Ujar Vian, cowok berkacamata. Ia merangkul si Satria, teman satu timnya.

"Banjarbaru dong." Hendry memainkan kerah bajunya.

"Hendry, temen lo cowok apa cewek? Kok lo sendirian aja?" Bella melontarkan pertanyaan ke Hendry.

"Temen gue cewek. Masa gue sekamar sama dia. Yang ada gue digebukin warga." Celutuk Hendry.

"Gak apa-apa babak belur, itu artinya lo lelaki sejati." Satria meledek Hendry.

Bella tertawa kecil. Bertepatan dengan itu Daniel keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih mengantuk berat.

Lelaki itu duduk di samping Bella lalu meletakkan kepalanya di bahu gadis itu.

Daniel kembali memejamkan matanya dengan tenang.

"Makan dulu, baru tidur." Tutur Bella dengan nada lembut.

Olimpiade dimulai jam 9 pagi, masih ada waktu 3 jam lagi sebelum olimpiade dimulai.

"Daniel." Bella memanggil Daniel karena tak kunjung diberikan jawaban.

"Daniel."

"Kudaniel!"

Diam-diam Vian gemas melihat tingkah Bella yang menurutnya imut.

"Makan aja, Bell. Gak usah urusin cowok manja." Cetus Vian terang-terangan.

Daniel mengacungkan jari tengahnya ke arah Vian.

"Bacot."

"Heh gak baik!" Bella langsung menepis tangan Daniel.

Hendry dan Satria geli melihat pemandangan di depan mereka.

"Lo berdua pacaran ya?" Tanya Hendry.

Bella tersenyum malu-malu.

"Oh pantesan bucin. Masa iya bucin sama temen awokawok." Canda Hendry.

"Friend zone dong." Sambung Bella.

"Eh eh eh. Kok bisa lo berdua jadi perwakilan sekolah? Lo berdua sekongkol ya?" Tuduh Satria.

"Nggak. Seleksi berkedok ulangan harian. Kebetulan nilai gue sama Daniel yang tertinggi, makanya jadi gini." Bella menjelaskan dengan sabar.

Hendry berdecak kagum. "Agak lain."

Bella kembali fokus ke Daniel yang sudah mendengkur halus.

Bella mengelus rambut pirang alami lelaki itu. Gadis itu mendekatkan wajahnya ke telinga Daniel sambil membisikkan sesuatu dengan suara lembut.

"Ayang. Bangun yuk. Kita makan habis itu belajar."

Daniel menegakkan kepalanya.

Lelaki itu memutar badannya menghadap ke sarapan yang sudah Bella siapkan. Daniel melirik semua makanan itu. Sama. Semuanya sama.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang