BAB 10: Why?

30 4 0
                                    

Bella keluar dari kamar setelah mengenakan seragam lengkap.

"Bella, makan. Habis itu anterin makanan ke kamar Mama. Habis ini Kakak mau makan terus siap-siap." Titah Alyssa yang kalang kabut karena terpepet waktu.

Beberapa hari terakhir kondisi kesehatan Anindya menurun. Alhasil Bella dan Alyssa bekerja sama untuk mengurus rumah dan merawat mama mereka.

Bella duduk lalu menatap Alyssa yang sedang menyusun sarapan di nampan.

"Papa mana? Kok gak keliatan?" Bella bertanya lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"Papa pergi beliin obat buat Mama." Jawab Alyssa tanpa menatap Bella.

Bella mengerucutkan bibirnya. "Tumben. Biasanya gak peduli tuh." Cibir gadis itu.

"Hush! Diem, Dek. Jangan ngungkit-ngungkit masa lalu." Tegur Alyssa.

Bella mengangguk lalu dengan cepat menghabiskan sarapannya agar ibunya tak menunggu terlalu lama, apalagi sampai kelaparan karena menunggu sarapannya.

"Makannya jangan cepet-cepet, ntar keselek panik lo." Celutuk Alyssa yang baru saja mulai makan.

Bella bergegas menuju kamar mamanya. Yang pertama gadis itu lihat seorang wanita yang berusia 40 tahunan sedang tidur di kasurnya yang nyaman.

Dengan pelan Bella melangkah lalu meletakkan nampan berisi sarapan di atas meja yang ada di dekat kasur.

"Mama, sarapan dulu, Ma. Kak Alyssa udah bikinin sarapan buat Mama."

Anindya membuka matanya begitu mendengar suara putri bungsunya. Wanita itu mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.

Wanita itu mengisyaratkan agar Bella duduk di sampingnya.

Bella memperhatikan wajah mamanya yang terlihat lebih pucat dari kemarin.

"Mama kok tambah pucat? Mama tambah sakit ya? Kalo gitu kita ke rumah sakit aja ya." Gadis berparas cantik itu panik bukan main.

Anindya tersenyum kecil dengan bibir pucatnya.

Wanita itu mengelus pucuk kepala Bella. "Sayang. Mama gak apa-apa kok. Kamu fokus latihan aja. Bentar lagi kan kamu lomba. Mama gak mau latihan kamu terganggu gara-gara Mama."

"Mama tau ini pertama kalinya kamu diberi kesempatan buat nunjukin kemampuan kamu. Mama gak mau bikin kamu gak fokus. Mama mau kamu nunjukin kemampuan kamu. Tunjukkan ke mereka yang meremehkan kamu."

"Soal menang ataupun kalah, Mama gak peduli. Mama mau kamu ikut lomba itu dengan senang hati dan berlari dengan sungguh-sungguh."

Bella terdiam. Bagaimana bisa dia tak kepikiran tentang mamanya yang sakit dan tentang Vania yang terus-menerus menyalahkannya.

"Tapi kalau Bella disuruh milih antara Mama dan Lomba, ya jelas Bella milih Mama lah." Tukas Bella.

"Tapi kalau Mama nyuruh kamu ikut lomba gimana?"

"Mama ... " Bella merengek. Mamanya hobi sekali memaksakan melakukan sesuatu yang tak ingin Bella lakukan.

Anindya merangkul pundak Bella. "Kamu itu harapan sekolah juga membawa nama sekolah. Jadi berusaha lah sayang ku." Wanita itu gemas.

Bella menyerah. "Nanti Bella pikir-pikir dulu."

"Ya udah sana berangkat, nanti ditinggal Alyssa." Tutur wanita tersebut.

"Tapi Mama harus sarapan. Paling bentar lagi Papa pulang."

Anindya mengangguk lalu tersenyum kecil melihat tingkah putrinya yang seringkali tertekan karena permintaannya.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang