BAB 4: Deep Voice

27 4 0
                                    

Setiap aku melihatmu, aku jatuh cinta lagi padamu (⁠•⁠‿⁠•⁠)

.

.

.

Dua hari telah berlalu sejak kecelakaan itu. Tak ada tanda-tanda kemunculan Verra dan Vania dalam waktu dekat.

Ada rasa geli hati saat mengetahui kamar rawat dua sahabat Bella tersebut berdekatan dengan kamar rawat Pak Agus.

Rencana akan menjenguk Pak Agus gagal total. Malahan Pak Agus yang menjenguk dua gadis muda itu.

"Sayang."

Bella kaget. Seketika lamunannya buyar saat Anindya memanggil namanya.

Bella tersenyum kikuk. "Ke-kenapa, Ma?"

"Makanannya kenapa di aduk-aduk doang? Di makan dong, Sayang. Liat tuh udah hampir jam tujuh." Anindya menunjuk jam dinding.

"Kakak kamu aja udah dari tadi berangkat."

Bella terbelalak. "Lho?"

"Ja-jadi maksudnya Bella ditinggal? Terus gimana Bella berangkat?" Gadis berambut panjang itu kalang kabut.

Alyssa adalah orang yang disiplin waktu. Walaupun gadis itu bersepeda setiap harinya dan jarak antara rumah dan sekolah lumayan jauh, tak menyurutkan semangat Alyssa untuk sekolah.

Anindya mengedikkan bahunya. "Siapa suruh santai-santai."

"Mama!" Bella merengek.

Wanita itu terkekeh kecil. "Sekarang cepetan habisin sarapannya. Nanti Mama suruh Papa antar kamu ke sekolah."

Bella menggeleng keras. Papa nya itu orang yang sibuk.

Ayahnya Bella memiliki sebuah toko kelontong yang lumayan besar, mirip seperti minimarket. Letaknya persis di samping rumah mereka.

Walaupun di dalam komplek, tapi toko ayahnya Bella selalu ramai.

Mereka hanya punya satu motor dns motor itu biasa digunakan Bayu untuk membeli barang-barang.

Maka dari itu Alyssa dan Bella selalu menaiki sepeda saat pergi ke sekolah.

"Gak mau. Kenapa gak Mama aja yang antar?"

"Darah tinggi Mama kumat gara-gara liat kamu masuk rumah sakit."

Bella hanya bisa nyengir tanpa dosa. Tampang polosnya membuat Anindya gemas.

Dan berakhirlah Bella duduk d belakang Bayu, alias ayah gadis itu.

Suasana hening menyelimuti keduanya.

Bella punya hubungan yang kurang baik dengan Bayu. Sedangkan Bayu agak bingung untuk bisa kembali mendapatkan perhatian putri bungsunya tersebut.

"Gimana keadaan kamu, Sayang?" Bayu berupaya memecah keheningan diantara dirinya dan putrinya.

"Baik." Jawab Bella singkat.

Bayu mengangguk dengan senyum canggung.

Kesunyian kembali menyelimuti keduanya. Bella memilih memejamkan matanya karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang nya.

"Jangan tidur, nanti tambah ngantuk kalau di kelas." Peringat Bayu.

Bella membuka matanya perlahan lalu mengangguk kecil.

"Kenapa sekarang Papa perhatiin kamu suka ngantuk siang-siang? Kamu sering begadang ya?" Tanya Bayu.

Bella agak kaget saat mengetahui bahwa papanya itu ternyata memperhatikannya dari kaca spion.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang