BAB 33: Basket

14 4 0
                                    

Anindya mengamati gerak-gerik putri bungsunya selama beberapa hari terakhir.

Dari pulang sekolah Bella hanya diam seperti orang yang banyak pikiran. Dan pagi-pagi sebelum subuh, Bella belajar.

Bukan hanya Bella yang berubah, tapi juga Alyssa. Namun bedanya Alyssa nampak bahagia seperti orang jatuh cinta dan lebih memilih untuk berdiam diri di kamar.

Anindya menduga Bella dan Alyssa sedang bertengkar.

"Sayang, ayo sarapan."

Bella menoleh sekilas lalu kembali fokus ke lembaran soalnya. "Nanti, Mama duluan aja."

Anindya kaget melihat mata Bella yang bengkak.

"Makan dulu baru lanjut ngerjain tugas. Kalau capek, berhenti. Jangan dipaksain."

"Bella beneran sibuk, Ma. Bella harus habisin ini secepatnya karena Bella harus ekskul lagi."

Anindya mengernyit heran. "Ekskul? Kamu main lagi?"

Bella mengangguk.

"Makan dulu, kita makan bareng. Papa udah nungguin lho di meja makan." Anindya terus membujuk Bella.

"Nanti."

"Nanti kapan? Nanti kamu gak nafsu makan lagi kalau sendirian. Mending sekarang bareng-bareng."

"Mama." Lirih Bella.

Akhirnya Anindya mengalah karena Bella nampak kesal.

"Nanti cari di meja makan."

Bella mengangguk.

Anindya keluar lalu menutup pintu kamar Bella.

Bella memilih menyibukkan diri daripada mengkhawatirkan orang yang tidak memperdulikan dirinya sendiri.

Namun tak dapat dipungkiri, Bella masih kepikiran.

Gadis itu memilih merapikan bukunya lalu mengunci pintu kamar rapat-rapat. Diambilnya earphone bluetooth lalu memutar lagu untuk mengalihkan pikiran juga untuk memperbaiki suasana hatinya.

Tapi bukannya merasa lebih baik, Bella tambah sedih walaupun lagu yang diputar vibesnya bahagia dan penuh semangat.

Luka lama kembali terbuka.

Masa lalu yang berusaha Bella kubur dalam-dalam kini membludak memenuhi hatinya.

Di mulai dari masalah keluarga, ekonomi, bullying, pelecahan pertemanan, pendidikan, keluarga dan cinta.

Mengingat kelamnya masa lalu membuat Bella hampir muntah.

Bella memutar matanya malas. Daripada meratapi masa lalu dan mencemaskan orang lain, lebih baik Bella bersiap-siap untuk sekolah.

"Gak ada salahnya gue gak care sama orang."

...

Vania cemberut lantaran pembagian kelompok matematika.

Verra menggoda Vania. "Cie ... yang sekelompok sama ayang."

"Bacot!"

"Kenapa dari sekian banyak manusia-manusia di sini, gue harus sekelompok sama Abidzar?!" Vania meratapi nasibnya.

"Ya mau gimana lagi, Pak Agus yang bagi kelompok nya. Lagian gue bukan beban yang harus dibenci!" Balas Abidzar.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang