BAB 68: Balas Dendam 2

14 2 0
                                    

Ardi berusaha memejamkan matanya. Ia membungkus tubuh nya menggunakan selimut tebal.

Keadaan Ardi benar-benar kacau. Dia benar-benar ketakutan. Bagaimana tidak, seorang gadis berusia 16 tahun berhasil menghancurkan hidupnya yang tenang.

"Shit! Gadis sialan! Gadis pembawa masalah!" Ardi terus mengumpati Bella.

Lelaki itu berkeringat dingin, padahal cuacanya lumayan panas malam ini.

Tubuh Ardi menggigil saat suara keriuhan terdengar dari halaman utama.

"Ap-apa semua orang udah tau?" Lelaki itu terbata-bata.

Tubuh Ardi menegang saat seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan terburu-buru.

"Ardi!! Keluar lo cepet!!"

Terdengar suara temannya Ardi yang tengah menggedor-gedor pintu kamarnya dengan brutal.

"Bentar!"

Ardi menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Ia menyeka keringat dingin dan menetralisir perasaannya yang berkecamuk.

Lelaki itu membuka pintu dengan tangannya yang gemetar.

Alisnya berkerut saat banyak orang berkumpul di depan kamarnya.

Ardi tambah kaget lagi saat seorang polisi langsung datang dan memborgol kedua tangannya.

"Apa-apaan ini?!" Sentak Ardi sambil memberontak.

"Ikut kami! Anda harus mempertanggungjawabkan perbuatan anda di kantor polisi."

"Saya salah apa, Pak?!" Ardi masih berkelit.

"Pake nanya." Sahut Bella yang tiba-tiba muncul di kerumunan polisi.

"Yang merasa korbannya Kak Ardi silahkan mendekat!" Titah Bella.

Tak ada yang berani maju mereka hanya saling berpandangan.

"Jangan takut, ada Pak Polisi!" Sambung gadis itu. Barulah banyak atlet-atlet perempuan yang mendekat.

Ardi menatap tajam Bella. "Awas lo!"

Bella mengedikkan bahunya. Gadis itu melambaikan tangannya ke arah Ardi yang digiring ke arah tangga.

Ketua panita berdiri di depan mereka semua.

"Tolong minta waktunya sebentar."

"Saya selaku ketua panitia pelaksana acara ini meminta maaf sebesar-besarnya atas kelakuan anak buah saya."

"Saya pun mendengar desas-desus kabar dan hinaan kepada teman kita, Ayana Shayra Bella karena kasus pembunuhan yang baru-baru ini viral."

Mega merangkul pundak Bella. Lima temannya Bella juga mendekati gadis itu.

"Kalian menghina teman kalian dengan sebutan anak pembunuh dan sebagainya."

"Tapi coba pahami berita itu baik-baik. Ayahnya berusaha melindungi kehormatan anak perempuannya. Dan sekarang orang yang kalian hina telah menyelamatkan kehormatan kalian sebagai seorang perempuan."

"Jadi saya minta, tolong berhenti menghina teman kita."

"Siap!"

"Semuanya bakalan baik-baik aja, Bell." Ucap Nadya.

Bella mengangguk kecil. Sebagai sesama perempuan, Bella bangga karena berhasil membela kehormatan sesama perempuan.

...

Hari-hari berlalu dengan cepat. Tak terasa besok adalah babak final.

Berbagai hinaan dan cemoohan orang-orang ke Bella perlahan menghilang bak ditelan bumi.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang