Alyssa berjalan menyusuri lapangan utama. Biasanya ada Bella yang menemaninya.
Gadis itu meneliti setiap orang yang ia temui di sepanjang jalan menuju kelas. Tak ada Indra.
Gadis itu menghela nafas berat. Sekarang Indra berubah. Dulunya yang fast respon sekarang jadi slow respon dengan alasan banyak tugas. Kalaupun membalas, itupun sangat singkat dan dingin.
Berbagai pikiran negatif bermunculan di benak Alyssa, tapi ia berusaha berpikiran baik.
Tiba-tiba Pak Agus menghadang Alyssa di tangga.
"Tunggu!"
Alyssa langsung menghentikan langkahnya. "Kenapa, Pak?"
"Ikut Bapak ke lab komputer." Titah Pak Agus.
"Tapi kenapa, Pak?" Alyssa terheran-heran melihat Pak Agus yang berkeringat dingin.
"Bapak ketinggalan info kalau lomba KSM MTK, IPA, IPS tingkat kota dilaksanakan hari ini. Ini Bapak lagi cari orang yang udah berpengalaman. Tolong, Nak. Ikut Bapak ke lab. Yang lain udah pada nunggu." Pak Agus memelas.
Alyssa mengerutkan keningnya. "Kalau lolos kapan ke BJM?" Tanya gadis itu.
"10 hari lagi."
"Gas keun, Pak!" Seru Alyssa dengan penuh semangat. Dengan mengikuti lomba ini, Alyssa bisa bertemu adiknya di BJM.
...
Siang hari yang terik, Bella duduk di pinggir lapangan sambil merenung.
Keringat bercucuran dari pelipisnya. Bayangkan saja betapa lelahnya latihan dari setelah Dzuhur sampai jam 2 siang.
Bangun pagi lalu latihan, istirahat sebentar lalu latihan lagi sampai sore. Hal itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari Bella.
"Silahkan kalau mau ke kamar buat istirahat. Ingat, malam ini pertandingan perdana kita di sini. Kita harus mengerahkan tenaga kita secara maksimal." Ucap Mega.
"Siap!"
Semuanya beranjak dari duduknya, kecuali Bella.
Matanya terkunci pada sosok panitia yang selama beberapa hari ini ia waspadai.
Pria itu bernama Ardi, ketua panitia bidang perlengkapan. Ia sering berkeliling dan menyapa para penghuni asrama, terutama asrama putri dengan dalih menanyakan apakah mereka kurang sesuatu atau tidak.
Tapi yang membuat Bella bergidik ngeri adalah tatapan Ardi ke perempuan-perempuan lain. Bahkan ke Bella sendiri.
Bella paling malas jika berurusan dengan orang itu. Bella lebih memilih untuk mencari perlengkapannya sendiri hingga keluar asrama daripada meminta bantuan Ardi yang ia beri gelar si cabul.
Pria berusia 25 tahun itu celingak-celinguk sambil menyapa beberapa atlet perempuan yang sedang berada di lapangan.
Bella bergegas pergi, tapi Ardi lebih dulu menyapanya, membuat Bella terpaksa menghentikan langkahnya.
Bella membalik badannya dengan ogah-ogahan. Ia tersenyum paksa.
"Hai, Kak."
Ardi menatap intens Bella dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan senyuman yang sulit diartikan.
"Kan Ardi!" Sentak Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Teen Fiction[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...