BAB 58: Lawan Tangguh

12 2 0
                                    

"Asli, gue dag dig dug waktu pertama nginjekin kaki di lapangan. Rasanya kek woah! Kek gimana ya jelasinnya." Nadya bercerita dengan penuh antusias.

Mereka baru saja lolos ke top 6 beberapa jam lalu. Dan sekarang tujuan perempuan itu sedang berkumpul di kamar Mega.

"Kayak gak pernah main aja, Nad." Kekeh Mega.

"Kali ini, Kak! Kalau yang biasa mah biasa aja. Kalau ini bukan sembarang pertandingan." Ujar Nadya.

"Dilihat-lihat muka Sheila santai banget, padahal tangannya dingin." Ungkap Kayla lalu tertawa.

"Halah! Cepu gak asyik!" Sungut Sheila.

"Tapi nih yang paling hebat tuh si Bella! Baru pertama main aja Bella udah narik perhatian tim lawan sama tim-tim lain gara-gara mainnya yang brutal. Mana tim kita cepet banget mainnya. Sat set sat set, menang satu set." Cerocos Maudy.

"Tapi kita gak bisa senang secepat itu." Tukas Mega.

"Kenapa, Kak?"

"Tim voli dari Kotabaru Global Islamic Boarding School adalah tim yang memenangkan pertandingan voli selama 5 tahun berturut-turut. Dan Kakak sengaja liat mereka tanding kemarin. Mereka mainnya hebat. Kecepatan, ketepatan dan kekompakan mereka patut buat diacungi jempol." Jelas Mega.

"Wajarlah, Kak. Orang sekolahnya aja sekolah elite." Sahut Maudy.

"Makanya kita jangan sampai kalah sama sekolah elite." Zieva menimpali.

"Gas keun! Udah sampai sini harus berhasil dong!" Seru Kayla.

...

Kamar Daniel dan Jovan dijadikan markas berkumpul tim voli putra Barabai.

Daniel sibuk chatting an dengan Bella. Sisanya sibuk mabar mobile legend.

Berbagai umpatan keluar dari mulut mereka karena kalah main game.

"Woi, Dan, main lah! Dari tadi gue kalah mulu gak ada lo!" Desak Zayden.

"Gue sibuk." Jawab Daniel tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

"Iya tuh, orang lagi chatting an sama Ayang malah di suruh main. Gak punya otak lo?" Sungut Jovan.

"Otak Zayden jatoh pas berangkat ke sini." Celutuk Vares.

"Minimal diambil lah." Sindir Abidzar.

"Lo berdua gak ngasih kabar ke Verra sama Vania?" Adryan bertanya ke Vares dan Abidzar yang terkesan sibuk main game.

"Ngabarin lah. Ya kali nggak. Ntar Verra ngambek." Sahut Vares.

"Kalau masalah Vania mah gak usah ditanya. Orang ngechat gue aja kagak. Palingan Vania juga nge-chat cowok lain." Ujar Abidzar.

"Lah? Lo berdua kenapa sih njir?"

"Biasalah sama-sama pemain." Jawab Abidzar dengan santainya.

Daniel beranjak dari tempat duduknya ia pergi keluar kamar tanpa memberitahukan ke mana dia pergi kelima temannya tersebut.

Jovan, Abidzar, Adrian, Vares dan Zaidan hanya bisa memandangi punggung Daniel yang hilang di balik pintu. Mereka saling pandang kompak menggeleng sambil mengangkat bahu.

Daniel berjalan menyusuri lorong asrama yang sepi di tengah malam. Ia memandangi satu pintu di dekat tikungan di sana adalah kamar Bella.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang