BAB 48: Idol

15 3 0
                                    

"Zayden." Daniel memanggil Zayden yang duduk sendirian di dalam kelas di saat yang lain sedang berkumpul di lapangan untuk lomba fashion show.

Zayden melirik sebentar sahabatnya itu lalu kembali menatap lurus ke jendela. Posisinya membelakangi Daniel yang berdiri di depan pintu.

"Lo jangan ulangi kesalahan yang sama. Siap-siap buat lomba siang ini." Ucap Daniel.

"Sok." Sinis Zayden.

Daniel hanya berdecak kesal lalu balik badan, tapi Zayden memanggilnya.

"Apaan?"

"Gimana kabar Mama lo?" Zayden to the point.

"Baik." Jawab Daniel singkat.

Karena Zayden kembali diam, Daniel masuk lalu mencari baju-bajunya di dalam tas.

Dalam kesunyian, pikiran Zayden bekerja keras. Kepalanya terasa berat.

Lelaki itu terus bertanya-tanya. "Kenapa lo gak mendukung gue? Kenapa lo menentang gue? Apa gue tak cukup baik? Haruskah gue berhenti?"

Daniel menghentikan gerakan tangannya. "Ya. Lo harus berhenti."

"Bukan karena lo gak baik. Gue tau lo orang baik. Tapi gue gak mau Mama gue terluka gara-gara cowok. Mama gue cuma nganggap lo sebagai teman anaknya. Mama gue gak punya perasaan apa-apa ke lo. Seharusnya lo sadar, Zay. Masih banyak cewek di luaran sana."

Zayden menunduk dengan perasaan yang tak karuan. Bukannya ia tak sadar diri, tapi Zayden berusaha untuk tak sadar diri. Ia ingin berusaha.

"Tapi kalau gue berhenti sekarang, lo pasti mikir yang nggak-nggak tentang gue."

"Gak. Gue tau cinta lo emang tulus. Tapi lo gak bisa sama Mama gue." Sergah Daniel.

Lelaki itu menegakkan pundak Zayden. "Kita harus saling menguatkan, Zay. Kita harus siap dengan resiko terburuknya."

Zayden mengangguk. "Gue cuma bisa bantu doa hehe ... " Pemuda itu menunjukkan cengiran khasnya.

"Gak apa-apa deh, asal lo berhenti ngejar-ngejar Mama gue." Kekeh Daniel.

"Udahlah. Gue mau ke lapangan."

Dua pemuda itu berjalan keluar dari kelas. Perang dingin mereka sudah selesai.

Di dekat ujung koridor, Daniel masuk ke dalam toilet, sedangkan Zayden berjalan lebih dulu ke lapangan.

Saat sampai dilapangan, Zayden langsung bergabung dengan rombongan kelasnya.

"Abidzar mana?" Tanya lelaki itu.

"Tuh." Adryan menunjuk ke arah Abidzar dan Vania yang bucin di sebrang lapangan dengan dagunya.

"Eh buset, Abidzar salah server."

Abidzar bergabung dengan gerombolan anak Pramuka bersama Vania.

"SSA. Suka-suka Abidzar." Ledek Vares. Lelaki itu sengaja duduk di samping Verra.

Lomba fashion show dimulai dengan ditandai dengan diputarnya musik oleh anggota OSIS yang bertugas jaga sound sistem.

Lagu Still look pretty diputar.

Dewan juri mulai duduk di kursi khusus dewan juri.

MC yang merupakan ketua OSIS mulai berbasa-basi.

Para peserta dikumpulkan di ruang guru untuk teknikal meeting.

Daniel mendapatkan nomor urut 17, sedangkan Bella berada di nomor urut 18.

Daniel dan Bella kompak mengenakan pakaian serba hitam.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang