BAB 49: Rain

13 4 0
                                    

Jovan memacu kendaraannya dengan kecepatan yang lumayan tinggi di bawah derasnya hujan sore ini.

Tak henti-hentinya lelaki itu tersenyum-senyum sendiri. Bu Jihan seolah memberikan harapan besar.

Sama seperti Zayden, Jovan juga tidak mempermasalahkan usia sebab hati bisa memberikan ruangnya untuk siapa saja tanpa bisa Jovan kendalikan.

Bu Jihan yang penuh semangat dan sifat dewasanya seakan meluluhkan hati Jovan sejak lelaki itu baru kelas 10.

Jovan tidak sabar menunggu hari Senin untuk bisa bertemu dengan Bu Jihan.

Mata lelaki itu tak sengaja terkunci ke seorang perempuan yang duduk di depan bengkel.

"Bu Jihan?"

Tanpa pikir panjang lagi Jovan membelokkan arah motornya ke bengkel.

Bu Jihan yang berdiri sambil menatap hujan tak mengenali anak muridnya itu lantaran Jovan yang mengenakan helm.

Jovan menghentikan motornya lalu melepaskan helmnya.

"Jovan? Ngapain di sini?" Bu Jihan sangat penasaran.

"Yang seharusnya nanya itu saya, Bu. Ibu kenapa disini? Motor ibu rusak?" Jovan agak mendesak jawaban dari Bu Jihan.

"Motor ibu rusak." Bu Jihan menatap motor Scoopy merah miliknya yang sedang diperbaiki oleh montir.

"Kamu juga ngapain malem-malem keluyuran?" Bu Jihan balik bertanya.

"Saya mau ke rumah Daniel." Jawab Jovan.

"Karena udah malem, mending ibu ikut saya, biar saya antar ibu pulang." Jovan memberikan saran.

Bu Jihan bimbang. Sesekali perempuan itu melirik jam di tangannya. Sudah hampir pukul 8 malam. Pasti orang-orang di rumah sudah menunggunya.

Bu Jihan akhirnya mengangguk. Hujan pun mereka trobos dimalam itu.

Hari ini Jovan benar-benar bahagia. Sangat bahagia sampai-sampai ada sesuatu yang ingin meledak di dadanya.

Butuh waktu sekitar 25 menitan untuk sampai di rumah Bu Jihan. Keduanya basah kuyup.

Baru saja mereka sampai, Bu Jihan sudah dihadang oleh Mamanya yang duduk di kursi teras.

Bu Jihan segera turun dari motornya Jovan.

"Mending kamu pulang terus ganti baju. Makasih juga udah anterin ibu pulang."

Jovan mengangguk.

Mamanya Bu Jihan menghampiri Bu Jihan dengan membawa payung.

"Kamu dari mana aja sih, Nak? Calon suami kamu udah nungguin dari tadi."

Deg!

Bagai tersambar petir di siang bolong, dada Jovan terasa dihantam oleh batu besar.

Bu Jihan menatap pemuda di depannya itu dengan perasaan bersalah.

Jovan tak mampu lagi menatap mata perempuan itu. "Saya pamit."

Jovan melajukan motornya menuju rumah Daniel dengan kecepatan tinggi.

Tetesan air hujan yang deras seolah melunturkan kebahagiaannya.

Jovan semakin mempercepat laju motornya. Deru mesin motor CBR itu menggema di sepanjang jalan.

Lelaki itu ingin meninggalkan seluruh kesedihannya di jalanan yang sunyi.

Sial! Kata-kata itu makin jelas terdengar.

Tak butuh waktu lama, Jovan sudah sampai di rumah Daniel.

Di sana sudah ada Abidzar, Adryan, Vares, dan Zayden. Mereka nongkrong di teras rumah Daniel.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang