Hanna memeluk Dallas dan Dayana dengan sangat erat. Dua bocah kecil itu kebingungan karena tak mengenali Hanna yang notebene nya Nenek mereka.
Hanna menatap dua cucunya itu. "Udah gede ya kalian berdua. Maafin Nenek gak bisa temuin kalian."
"Nenek?" Beo Dallas.
"Iya, Sayang."
"Dallas pasti gak kenal kan Nenek dan Kakek?"
Dallas mengangguk dengan wajah polosnya.
"Hari ini Om, Kakek sama Nenek dateng. Tapi kapan Papa dateng ke sini?" Dayana berceloteh.
Gadis kecil itu terus melirik jam yang menunjukkan pukul 9 pagi, berharap Papanya juga datang.
Dita merapikan rambut Dayana yang agak berantakan. Gadis kecil yang duduk di samping Dita terus menunggu jawaban dari orang-orang dewasa di ruang rawat itu.
Dita paling tak bisa menjawab pertanyaan tentang Hendardi.
"Nanti Papa juga dateng, Sayang." Bibir pucat Dita menyunggingkan senyum manisnya.
"Daniel, administrasi udah di bayar?" Harris bertanya ke Daniel.
"Udah, Om. Soal uang ada, cuma gak ada yang rawat Mama sama si kembar." Jelas Daniel.
"Sekarang sudah ada kami, Dan. Kamu bisa sekolah dengan tenang." Ujar Harris.
"Mungkin besok baru Daniel masuk sekolah."
"Masuk jam segini juga gak apa-apa. Bilang aja bolos bentar, kan? Soal Kak Dita sama si kembar biar Om yang urus."
Daniel hanya tersenyum kecil.
Kamal merangkul pundak cucu pertamanya.
"Kita keluarga, Nak. Gak usah ragu buat minta bantuan. Kamu berhak atas semuanya."
Daniel mengangguk kecil sambil menatap lantai.
"Abang, mau mandi."
"Makan juga."
Si kembar merengek ke Daniel.
"Sana bawa adek-adek kamu pulang terus siap-siap buat sekolah." Kamal menginstruksi.
"Gak, Kek. Setelah Daniel nyiapin si kembar, kami bakal balik ke sini." Tolak Daniel.
"Sekolah, Sayang. Pendidikan itu penting." Dita menyahut. Sama seperti Bella, Dita juga memprioritaskan pendidikan.
Pendidikan itu penting, terlebih bagi perempuan. Contohnya dia, jika tidak berpendidikan, Dita takkan bisa membiayai hidup tiga anaknya juga mendidik mereka dengan baik.
Daniel mengangguk tanpa banyak protes.
Dayana mengecup pipi Dita. "Mama sehat-sehat ya. Mama jangan sakit-sakit terus, nanti gak ada yang main sama Yaya." Gadis kecil itu berceloteh, membuat Kamal, Hanna, Harris, dan Daniel tersenyum.
"Iya Sayangku." Dita balas mengecup dua pipi tembem Dayana.
Dengan dibantu Harris, Dayana turun dari hospital bed.
"Mama, minta duit dong buat ganti rumah Barbie Yaya. Kemarin Dallas gak sengaja rusakin." Bocah itu nyengir kuda.
"Dallas." Dita geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya yang satu itu.
"Nanti Om yang ganti." Sahut Harris.
Dallas sumringah. "Beneran, Om?"
"Nggak."
Dallas merengut.
Harris terkekeh geli melihat wajah keponakannya itu. "Iya-iya nanti."
"Ma, Daniel pamit."

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Genç Kurgu[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...