Daniel menatap wanita yang sudah melahirkannya tersenyum. Wanita itu tengah memeluk erat-erat dua bocah kecil yang menangis sesenggukan.
Karena Daniel sudah selesai lomba Voli, basket, dan futsal, Daniel bisa mengantarkan Ibu dan Pamannya yang akan berangkat ke Singapura.
Karena kelas 11 IPA 1 terkenal dengan siswa-siswi nya yang berprestasi di bidang akademik dan non akademik, tak heran jika tiga lomba itu dimenangkan oleh kelas itu.
Lomba olahraga putri juga diborong habis oleh tim Bella.
Alhasil lomba olahraga dibabat habis oleh kelas 11 IPA 1.
"Mama harus balik ke sini lagi, ya? Janji!" Dayana menunjukkan jari kelingkingnya ke arah Dita.
Dita yang berjongkok di depan Dayana menyunggingkan senyum manisnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking putri kecilnya.
"Janji."
"Mama jangan lama-lama di sana." Kini Dallas yang berucap.
Selama seminggu ini Dallas tak senakal dulu. Bahkan bocah itu jadi anteng. Bermain dengan Dayana juga membantu merawat Dita sebisanya.
Dita mengelus rambut Dallas. "Iya, Sayang."
Sekali lagi wanita itu memeluk dua putra-putrinya dengan sangat erat, seolah tak ada hari lain lagi untuk memeluk dua buah hatinya.
Dita melepaskan pelukannya lalu bergantian menyapu air mata si kembar. "Jangan nangis, nanti dada Mama nyeri." Wanita itu cemberut.
Dallas langsung tersenyum lebar. "Dallas gak nangis."
Dita tertawa kecil. Wanita itu berdiri lalu menyalami Kamal dan Hanna. Hanna langsung memeluk wanita yang sudah dia anggap sebagai putrinya itu.
"Sesakit dan seberat apapun ujiannya, ingat ada banyak orang yang nunggu kamu pulang, Nak."
Penuturan lembut Hanna berhasil meretakkan benteng pertahanan Dita. Wanita itu menyeka air matanya lalu tersenyum kecil.
Dita beralih menatap Daniel yang sedari tadi berdiri dalam diam di belakang si kembar.
Wanita itu langsung memeluk erat tubuh putra sulungnya.
Semenjak remaja, Dita tak pernah lagi memeluk atau terlalu memanjakan Daniel karena Dita menganggap Daniel sudah dewasa.
Tapi hari ini Dita tak dapat menahan diri untuk tidak memeluk putra sulungnya itu.
"Mama?"
"Biarin Mama peluk kamu, Sayang. Siapa tau ini terakhir kali kita ketemu dan terakhir kalinya Mama bisa peluk kamu."
Tubuh Daniel mematung di tempat.
"Kamu gak mau peluk Mama?"
Sekali lagi air mata Dita jatuh. Daniel bisa merasakan dadanya basah karena air mata ibunya.
"Bagi Mama, kami bertiga apa?" Tiba-tiba Daniel melontarkan pertanyaan serius pada Dita.
"Kalian bertiga adalah hidup Mama. Jantungnya Mama. Rumah Mama. Tempat dimana ketenangan dan kebahagiaan Mama berada."
"Kalau gitu tolong bertahan demi hidup Mama ini. Demi rumah, jantung, kebahagiaan dan ketenangan Mama."
Dita mengangguk dengan berderai air mata. Bukan hanya Dita yang menangis, tapi juga Hanna.
Kamal dan Hariss sudah memalingkan wajahnya. Keduanya berusaha untuk tidak terbawa suasana.
Sekarang putra sulungnya sudah dewasa. Sudah bisa merangkai kata yang berhasil membuatnya menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Fiksi Remaja[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...