Bella melirik sekitarnya. Rasa bosan terus menghinggapi kepalanya.
Gadis itu melirik dua bangku kosong, lalu menoleh ke samping kanannya. Seperti biasa, saat jam kosong Daniel selalu tidur.
Bella menghela nafas berat.
"Seandainya ada Verra sama Vania. Gue gak akan bosen kek gini." Monolog gadis itu dengan suara rendah.
Tiba-tiba sebuah ide terbesit di benaknya.
Bella mengambil ponselnya yang tergeletak di dekat tangannya lalu menyenderkan benda pipih tersebut ke botol air miliknya dengan kamera yang menyala. Menampilkan dirinya dan Daniel, juga lima lelaki yang asyik duduk sambil main ponsel di belakang mereka.
Bella duduk menyamping dari kamera, menghadap ke arah lima teman kekasihnya itu.
"P mabar." Celutuk Bella.
Vares melirik Bella sebentar. "Mabar apaan?"
"Pou." Jawab Bella dengan wajah polosnya.
"Pou gak bisa mabar, Bell." Jelas Jovan sambil tergelak.
"Oh, iya ya?"
"Iya!" Jawab kelimanya serempak.
Bella nyengir kuda tanpa dosa. Gadis itu melirik sekitarnya lagi. Yang cewek cuma dia. Yang lain punya kesibukan masing-masing.
Vania dan Verra sibuk menyiapkan acara untuk hari ulangtahunnya sekolah yang ke 50 tahun.
Di kelas itu cuma Bella yang siswi pengangguran. Sisanya punya kesibukan masing-masing.
Abidzar mematikan ponselnya lalu menatap serius Bella.
Bella yang merasa risih langsung menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"
"Lo tau, kemarin waktu gue sama yang lain nongkrong, Putri ngechat Daniel."
Jovan langsung menoyor kepala Abidzar. "Mentang-mentang udah punya Ayang, mau rusak hubungan orang." Lelaki itu mendumel.
"Gak gitu konsepnya. Gue cuma ngasih tau doang biar gak ada rahasia diantara mereka." Abidzar membela diri.
Bella menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Daniel gak save nomornya Putri kok, Bell. Kami taunya dari profil kontak nya." Jelas Adryan.
Bella mengangguk-angguk.
"Lo gak ada niatan labrak gitu kayak cewek-cewek lain?" Tanya Vares.
"Ngapa lo malah ngomporin sih, Res?!" Sentak Jovan.
"Buat apa juga? Kan kuncinya cuma ada di Daniel. Kalau dia respon berarti Putri menang. Kalau sebaliknya ya Daniel tetep punya gue." Ungkap Bella.
Kelimanya saling tatap sambil menahan tawa.
"Punya gue? Chuaks!" Seru Zayden.
"Dan, Dan, bangun, Dan. Dengerin kata-kata Bella tadi!" Vares menggoncang tubuh Daniel.
"Eh Vares jangan!" Seru Bella.
Vares tersenyum menggoda ke arah Bella.
"Eh, tutor dong pdkt sama bestie. Masa gue kejebak friend zone selamanya sih." Lirih Vares.
"Gue juga mau bucin kek Daniel sama Bella, Abidzar sama Vania." Lanjutnya dengan wajah tertekuk sedih.
"Ya pepet lah. Kemana Verra pergi lo nempel aja. Deket kan jadinya?" Zayden memberikan usulan.
"Habis ini dijamin Verra langsung ilfeel."
Vares menatap datar wajah Zayden yang nyengir lebar. "Gue minta tutorial pdkt, bukan bikin Verra ilfeel."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Ficção Adolescente[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...