Part 28

1.8K 219 7
                                    

Setelah acara LM malam itu, Amalia Fergus benar-benar kesal dan marah. Dia bisa melihat alasan, mengapa Lucas begitu mengistimewakan Aleta Josef tetapi tetap saja dia tidak bisa menerimanya. Dia yakin jika dia diberi kesempatan maka dia juga akan bisa menjadi model eksklusif seperti Aleta atau bahkan melebih artis itu.

Secara usia memang Aleta Josef lebih muda dari dirinya, namun dia lebih berpengalaman.

Karena perasaan marah dan kesal itu, Amalia akhirnya memutuskan untuk membuat Aleta Josef menyadari kesalahannya karena berani merebut perhatian Lucas.

Amalia melakukan panggilan telepon, saat terhubung dia langsung mengatakan, "Aku perlu bantuanmu."

"Selama bayarannya cocok."

"Beri pelajaran pada Aleta Josef, buat dia untuk tidak bisa melanjutkan profesinya sekarang."

"Aleta Josef yang artis terkenal itu?"

"Ya, uang muka akan aku kirimkan setelah ini."

"Tunggu." Kata orang disambungan telepon, membuat Amalia tidak jadi mengakhiri panggilannya.

"Ada apa?"

"Harganya berbeda, dua kali harga biasanya dan aku tidak hanya ingin uang muka seperti biasa tapi setengah dari pembayaran sebagai uang muka."

"Apa maksudmu?"

"Target seorang yang terkenal, resikoku juga besar."

"Baiklah, tapi dalam satu minggu aku ingin hasilnya."

"Siap."

Amalia mengakhiri panggilan itu, mengambil tablet pribadinya untuk segera melakukan pembayaran uang muka sesuai kesepakatan. Ini adalah ketiga kalinya dia menggunakan jasa orang yang baru saja dia telepon, dua kali dia sangat puas dengan hasil kerja orang tersebut dan tentu saja berharap tugas ketiga ini juga diselesaikan dengan cepat dan sempurna.

***

"Besok pengambilan gambar sore hari, kalian semua dua hari ini juga pasti sudah lelah, tidak perlu ke kantor pagi-pagi, jam 2 saja kita bertemu di kantor dan kemari menjemput bos kita." Lieke memberi instruksi pada dua anggota timnya yang seminggu ini bertugas membantunya di lapangan.

Aleta mengalihkan fokusnya dari tablet di tangannya menoleh pada Lieke yang duduk disampingnya, "Kamu mengatakan pada mereka seperti aku tidak ada di sini."

Kedua anak buahnya yang duduk di bagian depan tertawa dan Lieke menoleh pada Aleta, "Sejak masuk kamu sudah sibuk dengan tabletmu, apakah kamu tidak bisa istirahat sejenak?"

"Aku jadi serba salah, tidak menyelesaikan pekerjaanku kamu mengomel, aku sedang menyelesaikannya kamu juga mengomel. Jadi aku harus bagaimana?"

"Selesaikan besok pagi, istirahatkan matamu sejenak hari ini adegan menangis sudah membuat matamu lelah, besok jangan sampai matamu bengkak dan kamu mengomel karena aku tidak mengingatkanmu."

Aleta tertawa, "Ya, mom."

Jawaban Aleta tentu saja membuat dia yang di depan tertawa, namun tawa mereka terhenti seketika karena perkataan Pat yang menyetir, "Gawat, rem bermasalah."

Lieke, Liv dan Aleta langsung menoleh pada Pat, "Apa maksudmu?" Tanya Lieke yang sadar lebih dulu.

Perkataan Lieke menyadarkan Aleta, dengan cepat dia mengeluarkan telepon genggamnya, mengirim pesan langsung pada dua pria protektifnya, dia yakin para pengawasnya masih mengikutinya.

"Berapa lama lagi kita keluar dari jalan bebas hambatan?" Tanya Aleta.

"Masih kurang lima kilometer lagi." Jawab Pat, untung malam itu jalan bebas hambatan tidak terlalu ramai, dia menyadari rem mobil bermasalah ketika akan memelankan kecepatan karena di depan ada mobil yang melambat, menyadari hal itu dengan cepat dia mengambil jalur sebelah yang kosong. Sejujurnya Pat panik tetapi melihat tenangnya bos mereka, dia ikut merasa tenang.

Always In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang