Part 14

2K 216 9
                                    

"Aku tidak apa-apa, mengapa membawaku ke klinik?" Protes Aleta.

"Kamu boleh memilih, membawamu kemari untuk mendapatkan pengobatan atau ke rumah sakit di kota?" Jawab Lucas.

"Tapi..."

"Jika kamu kuatir dikenali di sini, maka kamu tenang saja. Mereka tidak akan mengenalimu dengan tampangmu seperti ini."

"Tampangku? Ada apa dengan tampangku?"

Lucas dengan santai mengeluarkan telepon genggamnya dan mengambil foto Aleta sebelum memberikan telepon genggamnya pada Aleta.

"Astaga... mengapa aku kotor sekali?"

"Jadi sekarang sudah bisa tenang untuk mendapatkan perawatan?"

"Sebenarnya bukan masalah aku dikenali atau tidak, tapi yang mau kukatakan tadi adalah, membawaku kemari akan membuatmu dalam masalah."

"Masalah?" Lucas diam memikirkan maksud perkataan Aleta, "Kilian?"

Aleta mengangguk, "Dia tahu kamu terluka dan aku tidak membawamu ke dokter, aku yakin dia pasti lebih marah lagi. Sekarang kita obati dulu kakimu, baru pikirkan lainnya."

Aleta tidak memberi jawaban karena dokter masuk ke ruangan dan waktunya dia menjalani pemeriksaan. Untung dokter hanya minta dia mengistirahatkan kakinya satu malam dan mengompresnya, tidak ada retak apalagi patah, sehingga dipastikan besok kakinya sudah kembali normal.

Dokter memang mengatakan begitu dan Aleta tentu saja bahagia, tetapi kelihatannya tidak begitu bagi Lucas. Sejak Aleta terkilir dia sudah merasa tidak senang, dia merasa tidak menjaga Aleta dengan baik, membuat wanita kesayangannya terluka.

Sejak kembali dari klinik, Lucas hanya diam dan hal itu membuat Aleta semakin heran, terlebih lagi Lucas bukan hanya mengantarkan Aleta kembali ke kamar, tetapi menemani Aleta sampai wanita itu duduk bersandar di tempat tidur, siap untuk istirahat.

Setelah Lucas keluar dari kamarnya, Aleta mulai berpikir mengenai sikap Lucas padanya juga alasan Lucas mendiamkannya. Aleta berpikir jika Lucas marah padanya, membuatnya menyesal tidak berhati-hati, tetapi tidak sampai setengah jam kemudian, pintu kamarnya kembali terbuka. Lucas masuk dalam keadaan sudah berganti pakaian dan aroma sabun juga keluar dari tubuhnya. Lucas membawa kompres dan tanpa mengatakan apapun duduk di tepi tempat tidur, menyibak sedikit selimut Aleta sebelum meletakkan kompres di mata kaki Aleta.

"Kamu marah?" Aleta yang bisanya ceria dan tidak pernah takut, bahkan pada Kilian, kali ini dia benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana pada pria yang sedang mendiamkannya.

Lucas mengangkat kepala dan melihat pada Aleta, tatapan Aleta membuat Lucas menyadari jika wanita kesayangannya sedang bersedih.

"Aku tidak marah padamu, tapi pada diriku sendiri karena tidak menjagamu dengan baik dan membuatmu terluka." Jawaban Lucas tentu saja membuat Aleta terkejut, dia tidak menyangka jika sikap Lucas merasa bersalah.

"Kamu tidak bersalah, aku yang tidak hati-hati."

Lucas menatap mata Aleta, "Jika aku tidak membawamu ke tambang maka kamu juga tidak akan terluka."

"Ke tambang adalah keinginanku, jangan pernah menyalahkan dirimu karena kamu tidak bersalah."

"Dibanding kamu menyalahkan dirimu sendiri, aku lebih memilih aku yang bersalah, hatiku sakit melihat kamu terluka."

Aleta terdiam, perkataan Lucas sudah secara terang-terangan menunjukkan bukan hanya perhatian seorang teman yang dia berikan pada Aleta tetapi lebih dari itu. Aleta balas menatap Lucas, tatapan pria itu walau dingin tetapi telah berhasil menghangatkan hatinya, membuat jantungnya berdebar dan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.

Always In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang