2 | I'm Coming

758 34 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Rumah megah berdiri kokoh di tengah kota. Bentengnya yang tinggi membuat orang tidak mampu melihat aktivitas di dalamnya. Seorang perempuan memarkirkan mobil. Ia membuka pintu dengan kasar. Mengacuhkannya reaksi orang yang melihatnya.

"Kau kenapa?" tanya seorang wanita yang usianya tak jauh beda darinya.

Kathleen mendengus kesal. Menghempaskan tubuhnya di sofa dengan kasar. Mood nya habis meladeni pengemis tak tahu malu. "Aku tadi mendapat kutukan," ujarnya tenang.

Wanita itu melotot. "Sembarang bicaramu! Ucapanmu akan terjadi jika kau menyakini hal itu."

Kathleen berdecak malas. "Dasar penulis fantasi! Kau pasti sering menulis adegan tua bangka yang mengutuk pangeran hingga melajang seumur hidup. Atau putri tidur yang harus dicekoki─"

"Melantur!" Wanita itu menjitak kepala adiknya. "Itu cerita lama, bodoh! Lagipula fantasi tidak selalu tentang pangeran dan tuan putri. Ideku tidak murahan sepertimu. Tulisanku limited, berbeda dengan karya fantasi lainnya," timpalnya menyombongkan diri.

Patut diberi penghargaan. Seluruh keluarga Smith memang pakar percaya diri dan keangkuhan.

"Aku tidak bodoh! Dulu, aku juga penulis!" sanggahnya tak terima.

"Ya, ya, aku tahu. Ku dengar, kau akan meluncurkan rancanganmu bulan depan."

"Ya, aku tampil di Paris Fashion Week bulan depan."

"Seriously?" Wanita itu memekik tak percaya. Matanya berbinar. Ia semakin merapatkan duduknya dengan Kathleen.

"Kath, bagaimana jika aku saja yang memeragakan rancanganmu? Akhir-akhir ini royalti pendapatanku turun. Peminat novelku berkurang. Mungkin dengan aku berubah menjadi model, nama pena Bella Aster akan dilirik kembali. Bagaimana jika kita bekerjasama?"

Kathleen tertegun. Ini juga adalah impiannya. Kathleen ingin dirinya tampil sebagai President Zaleen Company. Lagipula, Bella sudah populer menjadi penulis. Mereka berdua sudah punya karya masing-masing dalam bentuk berbeda. Harusnya Bella merevisi karyanya. Mengevaluasi apa saja yang menjadi kekurangannya. Bukan menjadi model sebagai batu loncatan agar terkenal dan dilirik kembali. Karena nanti, yang dinikmati itu karyanya. Bukan penampilan atau nama pena yang terpampang indah.

"Aku─ aku tidak bisa," putus Kathleen mengambil kesimpulan setelah membisu.

Bella diam. Raut wajahnya tampak kesal lalu ia tersenyum kembali. "Ya, aku hanya mengingatkan untuk tidak egois pada saudaramu. Kita keluarga. Harus saling menyokong satu sama lain. Lagipula bulan depan adalah perayaan kesedihan adik kita. Seperti tahun kemarin, semua keluarga harus berkumpul. Cobalah meminta izin pada Mommy dari sekarang."

Wajah Kathleen tampak murung. Ia melenggang pergi tanpa mengucapkan apapun. Perempuan itu membuka pintu. Lalu terbaring pasrah di atas kasur. Ucapan Bella masih terngiang di kepalanya.

Lupakan. Kathleen harus menuntaskan pekerjaannya sebelum pergi ke Paris. Mencicil hal yang berhubungan dengan acara mode itu. Persetan dengan persepsi orang. Ia harus tampil sempurna dan mengagumkan.

Sebulan berjalan sangat cepat. Kathleen benar-benar memaksimalkan waktunya untuk persiapan busananya. Biasanya penyelenggara PFW tidak hanya membuat acara peragaan busana, tapi juga merancang sesi showroom. Karya desainer-desainer muda mancanegara akan ditampilkan disana. Dan kabar baiknya, itu akan berpotensi bertemu sejumlah buyer berbagai negara.

Untungnya, Kathleen sudah membangun koneksi sejak awal mendirikan perusahaan. Nama brand nya berhasil dilirik oleh salah satu agen fesyen asal Paris hingga bisa mengikuti peragaan busana di Paris Fashion Week tahun ini. Ini keberuntungan. Kathleen tersenyum senang. Mengingat kembali perjuangannya empat tahun lalu.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang