13 | Secret admirer

454 26 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Seolah wanita bersimpuh tak berdaya. Air matanya mengalir deras tak tertahan. Luka di punggungnya begitu perih memilukan. Seseorang menodongkan belati. Mengangkat benda dingin itu bersamaan dagu wanita tersebut ikut terangkat dan mendongak.

"Katakan yang sebenarnya," desisnya pelan.

Matanya sayu dengan sorot putus asa. Tangannya diikat dengan pakaian koyak tak berbentuk.

"Aku─ aku tidak tahu, Tuan?" lirihnya.

"Jadi kau tidak tahu? Padahal kau berniat menjebakku untuk tidur bersamamu!"

Seringai iblis terukir di bibirnya. Ia terkekeh menyeramkan dengan tatapan nyalang. Satu tusukan kecil tepat di bahunya. Wanita itu mengerang kesakitan.

"Kau ingin aku memasuki lubangmu 'kan? Bagaimana jika ku masuki dengan belatiku? Pasti lebih nikmat!" tawar pria itu.

"J─jangan, Tuan!"

Rintihan wanita itu tak dipedulikan. Belati itu begitu lincah menari, meliuk-liuk membuat ukiran di kulitnya. Desisan puas terus keluar dari pria itu. Bahkan kini seringainya semakin lebar. "Tidak ingin bicara, hm?"

"Ku mohon, Tuan!" Wanita itu memelas di tengah kesakitannya.

Namun pria itu semakin gencar. Ia membuat ukiran abstrak di lengan atas dan sekitar dada. Lalu belatinya meluncur, mengorek pusar hingga bolong dengan darah yang terus mengucur. "Masih tidak ingin bicara?"

Belatinya sampai di inti tubuh wanita itu. Gelengan keras ia layangkan. "A─aku katakan!" rintihnya.

"Aku suruhan Tuan Jorel dan Tuan Melden. Mereka menyuruhku ... mencampur obat perangsang di minumanmu. Tapi aku gagal─ aku kehilangan jejakmu," jelasnya dengan air mata mengalir deras.

"Lalu apa rencananya sekarang?"

"Aku tidak tahu, hiks ..." Pria itu menjambak rambutnya. Wanita tersebut menengadah menatap mata tajam bak elang. Kulit kepalanya tertarik seperti akan copot dari tempatnya.

"Katakan atau aku rontokan seluruh rambutmu dengan sekali tarikan!" desisnya mengancam.

"Mereka─ mereka sedang melancarkan rencana yang─ lebih besar. ... Mereka ingin mengancurkanmu. Hanya itu ... aku tidak. Argh!"

Kepala wanita itu di hempas kasar. Menyisakan pekikan pilu dari wanita malang tersebut.

"KEPARAT!"

Gemeretak giginya saling beradu di antara rahangnya yang mengetat. Bahkan urat pelipisnya menegang sempurna dengan tangan yang terkepal. Pria itu menghempaskan tubuhnya di kursinya.

"Setubuhi dia! Potong lidah dan seluruh jarinya! Biarkan dia hidup di jalanan!" perintahnya menatap nanar wanita jalang tersebut.

Rintihan dan desahan terdengar nyaring di ruangan gelap itu. Sekitar tiga bodyguard menggilir wanita tersebut bergantian. Seringai iblis terpatri di bibirnya. Ia melipat kakinya angkuh. Menyaksikan datar pemandangan menggairahkan di depannya.

"Arlo."

"Ya, Tuan."

"Kerahkan seluruh bodyguard untuk mencari perempuan itu! Kita terlalu mengulur waktu memberinya hidup tenang. Flashdisk itu harus segera di temukan!" Sudut matanya terangkat bengis.

Sementara di balik celah pintu, seorang perempuan berdiri dengan badan gemetar. Wajahnya pucat melihat penyiksaan ini. Dengan kaki yang lemas, dipaksanya untuk meninggalkan tempat itu.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang