Happy reading✓
Tandai typo
__________________________Kathleen tersenyum lirih dari rooftop. Matanya menyipit, memperhatikan sosok balita yang tengah belajar berjalan bersama ibunya di taman luas tak jauh dari sana. Hingga dekapan lengan kekar seorang pria, menyadarkan pikiran Kathleen. Perempuan itu mendongak, menatap rahang tegas Dax dari bawah.
"Anak kita akan seperti itu," timpal Dax, tersenyum menunduk.
"Mimpi sana!"
Perempuan itu berontak. Menjauh beberapa langkah dari Dax. Pria itu hanya bisa tersenyum samar. Tak lama, seorang pelayan datang membawa nampan berisi segelas susu. Dax mengambil alih gelas itu dan menyodorkannya pada Kathleen.
"Minumlah, untuk bayi kita."
Kathleen menatap datar gelas itu dan senyum Dax bergantian. Semenjak psikisnya terguncang hebat, Kathleen tak pernah minum susu ibu hamil. Bukan tak mau, dirinya bahkan tak ingat sama sekali. Beruntungnya, Kathleen tidak punya niat untuk membunuh calon bayinya. Dia hanya ingin membunuh dirinya sendiri, dengan harapan bayinya masih bisa diselamatkan di usia kehamilan menuju delapan bulan. Meski terlahir prematur, asal bayinya tetap hidup.
Padahal hal itu belum pasti. Bagaimana jika bayinya tak selamat? Kathleen sudah pasti mengutuk dirinya sendiri seumur hidup. Dulu otaknya kurang waras sehingga berpikir sedangkal itu.
Tangan Kathleen meraih gelas itu. Dirinya dituntun menuju sebuah sofa agar duduk dengan nyaman. Kathleen meminum setengah gelas. Diberikan kembali gelas itu pada Dax. Hambar, lidahnya kembali tidak biasa dengan rasa susu itu.
"Habiskan." Kathleen menggeleng dengan mulut mengerucut.
Dax menatap lamat pada bibir itu. Ia mendekat, membersihkan noda susu di atas bibi Kathleen dengan jempolnya. Tanpa ragu, ia jilat kembali agar jempolnya bersih. Kathleen menatapnya tak suka.
"Minum lagi, Kath!" titah Dax. Perempuan itu memalingkan muka. "Sudah."
"Habiskan!" tekannya sekali lagi. Kathleen berdecak, duduknya sedikit bergeser. "Kau saja sana!"
Dax menghela nafas. Pria itu menatap jengah setengah gelas susu ibu hamil itu. Hingga matanya melirik pada sisi gelas susu yang tersentuh bibir Kathleen. Mendadak dirinya ingin mencoba susu itu. Menyesapnya di tempat yang sama.
Pemandangan itu tak luput dari penglihatan Kathleen. Perempuan itu bergidik horor, saat Dax meneguk susu di tempat bekas minumnya.
"Dasar jorok!"
Dax menyeringai kecil penuh arti. "Rasanya manis." Kathleen berdecih sambil berdiri. Tak dipungkiri, diam-diam pipinya bersemu samar.
Dax menarik tangan Kathleen. Menyuruhnya agar duduk kembali. Pria itu turun, menumpu kedua lututnya di lantai guna menghadap perut besar Kathleen. Dax menduselkan hidungnya di perut itu. Memberi kecupan berkali-kali sambil mengajak bayinya berbicara. Kathleen berusaha menjauhkan kepala Dax. Perempuan itu merasakan perasaan aneh. Perasaan yang ia benci. Perasaan yang seolah mengakui bahwa pria bajingan ini adalah ayah dari bayi miliknya.
"Menyingkir!"
Dax keras kepala tetap bertahan pada posisi itu. "Menyingkir, sialan!" geram Kathleen.
Mata Dax berbinar. Begitupun Kathleen mematung sejenak. Bayinya menendang. Dax kian menduselkan hidungnya.
"Akhirnya, bayi Daddy menendang juga. Ku kira kau batu disana, kau hidup ternyata. Kau ingin bermain, hm? Kita nanti menendang bola, baby. Atau kau ingin langsung belajar menendang kepala manusia, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstract Love [END]
FantasíaAzalea Kathleen. Seorang desainer muda yang mengalami roda mundur kehidupan. Karirnya sebagai desainer fashion sekaligus model mendorong dirinya bisa berjalan di atas panggung catwalk Paris Fashion Week. Namun sial, ia justru bangun dan terlempar ke...