Happy reading✓
Tandai typo
___________________________"Kenapa kita kesini?"
Kathleen terkejut, Dax membawa diri ke toilet. Perempuan itu di dudukkan di atas wastafel. Tangannya di tarik dan di basuh kasar oleh Dax.
"Hey, pelan-pelan. Itu sakit!"
Rengekan Kathleen diabaikan. Pria itu hanya sibuk menggosok punggung tangan yang sempat dikecup Matteo. Dengan sekali tarikan kuat, tangan Kathleen berhasil terlepas. Di dorongnya dada Dax agar memberi jarak. Mata perempuan itu tampak mengembun.
"Apa yang kau lakukan? Itu hanya kecupan biasa tanda perpisahan. Kenapa kau selalu membesarkan hal yang kecil seperti ini?" teriak Kathleen bingung dengan tingkah Dax.
"Hal yang kecil? Kecupan pria lain menjadi hal kecil bagimu, begitu maksudmu?!" Meluap sudah emosi Dax yang sejak tadi ia tahan selama di pameran.
"Lupakan hal itu! Lagipula itu hanya di tangan."
Dax mencengkram lengan atas Kathleen. Lalu ia mengecup penuh, menjilat punggung tangan Kathleen dengan sensual. "Gila! Apa yang kau lakukan!
Dax Merapatkan tubuhnya hingga menempel. Mata tajam menilik perempuan itu. "Harusnya aku tanya, apa yang kau pikirkan saat pria sialan itu mengecupmu?! Harusnya kau membatasi diri. Jangan pernah kau longgarkan perilaku pria lain yang memberimu kecupan baik di tangan atau di manapun. Apapun alasannya, kau harus menolaknya. Kau milikku, Kathleen. Kau sudah ku miliki. Jangan pernah bersikap murahan."
Rahang Kathleen mengeras. Matanya memerah, menahan tangis. Di cengkram kembali kerah pria itu. Ia ketuk-ketuk telunjuknya ke dada Dax, memberi penekanan.
"Aku milikku sendiri. Aku bukan barang yang sesuka hati kau milikku dan buang jika bosan. Dan harusnya kau tahu, siapa yang membuatku menjadi murahan. Kau orangnya! Kau, Dax sialan! Mengacalah!"
Dax sontak menyambar bibir Kathleen. Menahan tengkuk dan pergerakan perempuan itu agar ciuman semakin dalam. Kathleen menangis, tubuhnya bergetar hebat. Trauma itu ... trauma itu muncul kembali.
"Jangan menangis! Atau kau semakin cantik." Deru nafas Dax beradu, menggelitik pipi Kathleen. Kening mereka berdua masih menyatu. Tangan Kathleen mengepal di dada Dax. Ia memejamkan mata erat-erat.
"Tidak! Jangan lakukan ... ku mohon!" lirihnya gelisah.
"Ingat aku! Ingat aku sebagai Dax!" Mata Kathleen terbuka. "Pejamkan matamu lalu ingat namaku."
Dax melumat bibir Kathleen dengan lembut. Sementara Kathleen hanya diam, membiarkan pria itu menguasai area mulutnya. Saking lembutnya Dax bermain di bibir Kathleen, perempuan itu lupa jika tadi ia sempat marah.
Tautan bibir itu terlepas. "Kau mengingatku?"
"Ya."
"Dengar aku! Kau milikku Azalea Kathleen. Kau wanitaku. Seperti anak kecil yang rela membunuh demi mencapai impiannya. Aku bisa lebih dari itu. Jangan pernah mematik api obsesi milikku kian besar. Jangan pernah membuatku menunjukkan sisi buasku padamu. Kau takkan kuat, honey!"
Dax kembali menyesap labium manis itu. Bermain-main hingga membuat Kathleen melenguh, terbuai menikmatinya. "Aku Dax, sayang. Ingat aku!"
Toilet pameran menjadi saksi bisu, Dax sedang memegang kendali penuh atas Kathleen. Perempuan itu pasrah, saat Dax menguasai bibirnya. Sebentar lagi, Dax berjanji ia juga akan menguasai segalanya.
Ciuman semakin panas dan menggebu. Kilat mata Dax memancarkan obsesi gelap miliknya. "Akan ku buat kau yang akan mendambaku, Kath!" batinnya berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstract Love [END]
FantasyAzalea Kathleen. Seorang desainer muda yang mengalami roda mundur kehidupan. Karirnya sebagai desainer fashion sekaligus model mendorong dirinya bisa berjalan di atas panggung catwalk Paris Fashion Week. Namun sial, ia justru bangun dan terlempar ke...