38 | Marry me, honey?

335 21 2
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

"Ku tebak ... kau belum menikah." Light tersenyum, ia langkahkan kakinya keluar lift. Lalu berbalik sebelum pintu tertutup. "Apa aku masih punya kesempatan?"

Kathleen membeku bersamaan dengan lift berjalan kembali. Ia menarik nafas dalam-dalam. Semburat merah, merona di pipinya. Dipikir-pikir, siapa yang tidak salah tingkah dengan tawaran dari lelaki yang ia kagumi. Namun sekejap, rasa bahagianya memudar beralih ragu.

Apakah bisa? Bayinya mendapat ayah baru? Lalu perasaan apa saat ia hampa tanpa kehadiran pria bajingan itu? Perasaannya atau perasaan bayinya?

Lagipula, Kathleen terlanjur masuk ke dalam jebakan pria itu. Sulit baginya melepaskan diri atau sekedar pergi jika tidak ada William yang sempat membantunya. Apalagi bayi yang di kandungnya sudah menjadi rantai kekal bahwa Kathleen dan Dax akan tetap memiliki status sebagai Ibu dan Ayah atas anak-anaknya nanti. Dengan tekad dan keadaan Light sekarang, apakah pria itu mampu melawan dan menandingi kekuasaan Dax lalu melepaskan Kathleen? Mustahil!

Pintu lift terbuka, tepat di lantai teratas perusahaan. Kathleen melangkah pelan menuju ruang CEO dengan pikiran yang masih gamang. Arlo menyapa, ia hanya tersenyum simpul tanpa berkata.

Hingga netra coklatnya memandang ke meja Dax yang tengah di duduki Kylee. Perempuan itu membungkuk memamerkan dadanya.

"Sialan! Bajingan itu ... bebas sekali bermain dengan jalangnya. Sementara aku! What the fuck!" desisnya nyalang.

Tangan Kathleen sudah terkepal erat. Dadanya bergemuruh, emosinya meledak. Melihat Dax yang hanya diam saja digoda seperti itu. Bahkan perasaan ragunya pada Light pupus berganti, ingin segera lenyapkan wanita gatal itu.

Kaki Kathleen melangkah lebar. Ia jambak rambut Kylee hingga tersungkur ke lantai. Matanya nyalang, kini bersitatap dengan Dax. Mata teduh yang berkantung hitam itu tampak terkejut. Namun, Kathleen tak peduli.

Atensinya kembali pada Kylee yang meringis lalu menunjuk Kathleen dengan tangan gemetar.

"K─ Kau ..."

"Turunkan telunjuk rendahanmu itu!" desis Kathleen.

Bola mata Kylee bergetar, susah payah ia berdiri dengan tubuh kaku tak percaya. "Kau─ kau masih hidup? Lalu bayi siapa yang k─ kau kandung?"

"Beraninya kau mengharapkanku mati?! Bayi ini adalah benih pria bajingan ini!" Tunjuk Kathleen pada Dax. "Masih berani menggodanya, hah? Masih ingin bertingkah seperti jalang? Hadapi aku!" tantang Kathleen sambil mendorong tubuh Dax, agar berada di belakangnya.

Air mata Kylee turun. Tatapannya terluka tertuju pada Dax. "Ini bohong 'kan, Dax? Ini tidak benar, bukan? Jawab aku!"

Kylee menggelengkan kepala sambil berusaha meraih jemari Dax. Kathleen kian bengis, di dorongnya Kylee sekuat mungkin agar menjauh. "Jaga batasanmu, bicth!" Nafasnya memburu geram.

Kylee mengusap kasar pipinya. Ia tertawa menyedihkan, mengumpulkan kesadaran yang sempat hilang kendali. "Kau yang bicth! Kau yang selalu merebut milikku, Kathleen!" gertaknya.

Plak!

Pipi Kylee kebas tak terkira. Kathleen tak main-main dalam menamparnya. Bahkan dada perempuan hamil itu naik turun, saking sudah meluapnya amarah yang ia pendam dalam-dalam.

"Jaga mulut busukmu itu, Kylee. Cukup, selama ini aku diam saat ditindas olehmu!" Kathleen melayangkan telunjuknya. Ia sontak menoleh nyalang pada Dax.

"Dan kau ..."

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang