48 | First pact

205 11 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_



Mobil berhenti tepat di halaman mansion. Seorang pria berjas licin keluar diikuti para bodyguard di belakangnya. Pintu utama terbuka lebar. Tampak maid dan para penjaga berjajar rapi, menyambut kedatangannya. Matanya bergulir, mencari seorang perempuan yang ia rindukan.

Kathleen berjalan mendekat. Memberikan senyum terbaik miliknya. Sontak pria itu mendekap penuh wanitanya lalu mengecup keningnya sedikit lama.

Kathleen mengelus rahang tegas Dax. Matanya sayu penuh perhatian. "Kau tampak lelah."

"Yes, honey. I miss you so bad," bisiknya.

Dax dan Kathleen berlalu menuju kamar. Sepanjang jalan, pria itu tak melepaskan sedikitpun genggamannya. Bahkan saat Kathleen ingin menyiapkan air hangat untuk mandi. Dax sungguh-sungguh tidak membiarkan Kathleen menjauh sejengkal pun. Akhirnya, Kathleen menyuruh pelayan untuk melakukan hal itu.

Kathleen baru menemukan sifat Dax yang seperti ini. Pria itu tampak seperti anak kecil yang manja.

"Aku hanya ingin memberi tahu pelayan di luar agar membawakan makan malammu, Dax. Lepaskan sebentar, yah." Kathleen berusaha membujuk bayi besar itu.

"Tidak! Kau hubungi saja kepala pelayan lewat ponsel. Jangan sesekali beranjak dariku. Kau cantik! Tidak boleh ada yang melihatnya selain aku," akunya memalingkan wajah malu.

Dax tidak berbohong. Kathleen sangat cantik dengan dress peach yang pas di tubuhnya. Apalagi rambutnya di gulung ke atas, membuat leher jenjang perempuan itu terekspos sempurna.

Kathleen terkekeh geli. Kenapa ia baru tahu sifat manja Dax yang begitu menggemaskan ini? Ia mencubit pipi Dax gemas.

"Kau lucu."

Dax membalas, mengigit pipi berisi Kathleen. Sontak mereka berdua tertawa hingga pelayan tiba mengantarkan makan malam.

Selesai makan malam. Dax berbaring bersama Kathleen. Pria itu tampak nyaman menghirup ceruk leher Kathleen. Usapan tangan Kathleen halus, memijat kepala Dax.

Tadinya Kathleen ingin menanyakan tentang wanita bernama Lea juga teror yang ia temukan di ruang kerja pria itu. Namun melihat kantung mata dan wajah lelah Dax, Kathleen urungkan. Pasti pria itu lelah sekali.

Tangan Dax merengkuh perut Kathleen posesif. Ia kecup leher Kathleen berulangkali sambil terpejam.

"Kau manja sekali hari ini," gumam Kathleen.

Hening, mata Dax terkantuk-kantuk berat. Namun, ia tersenyum manis mengecup pipi Kathleen.

"Ternyata kau memang wanitaku sedari dulu. Untungnya aku cepat menghamilimu, honey," lirihnya nyaris tak terdengar.

Kecupan ringan ia berikan pada bibir Kathleen. "Night kiss!" Dax pun benar-benar terpejam, mengarungi alam mimpinya.

***

Pagi harinya, Kathleen sibuk memasangkan dasi milik Dax. Pria itu tersenyum jahil saat Kathleen harus naik dulu ke atas ranjang, untuk menyamai tinggi mereka.

"Karena kau pendek!"

"Hey, kau saja tinggi seperti tiang listrik. Dasar kaki panjang!" sahut Kathleen tak ingin kalah.

"Kakimu saja yang kurang nutrisi. Jadi tidak panjang-panjang."

"Sekali lagi kau bicara, ku cubit bibirmu!" Dax terkekeh geli. Sontak ia memanyunkan bibirnya. "Morning kiss!"

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang