23 | Don't leave me

487 35 1
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

"Aku sudah menyusun Mou meeting anda dengan Pak Anderson. Aku sudah mengirimnya tadi."

Kylee berdehem, melihat Dax yang  menghiraukannya. Rasanya ia berbicara dengan patung. Padahal Kylee sudah berdandan rapi, cantik dan wangi. Apa yang begitu sulit, sehingga Dax enggan tertarik atau sekedar menoleh saja? Sial!

Merasa kesal tidak dianggap, perempuan itu berdiri. Dia harus menggunakan cara lain.

"Mr. Rodriguez,─ Oh, aku lupa. ada berkas yang harus anda tandatangani." Dax hanya fokus menatap laptopnya.

Kylee menggeram kesal. Tak lama, perempuan itu datang membawa berkas dan secangkir kopi bersamaan. Tampak Dax sedang berdiri membelakangi dirinya. Pria itu tampak asyik mengobrol membahas proyek.

Kylee tersenyum miring. Dengan cantik, ia berjalan mendekat pada Dax. Hingga pria itu berbalik dan tak sengaja menubruk kopi. Cairan hitam itu tumpah, membuat bagian dada Kylee dan Dax menjadi basah.

Kemeja putih Kylee tipis menerawang, menampilkan bra hitam yang samar. Raut perempuan itu tampak menyesal.

"M─ maaf, Mr. Rodriguez. Aku─ aku tak sengaja. Biar aku bersihkan!" Dengan lancang, Kylee mengusap jas pria itu. Bukan membersihkan, Kylee lebih ke mengelus dan meraba-raba dada keras Dax sensual.

Krrek!

"Aw!" Kylee memekik kesakitan. Pergelangan tangannya di pelintir keras. Tatapan menggodanya kini berubah memelas.

"Tuan, ini sakit─ Aw!"

Dax mencengkram pergelangan tangan Kylee kuat-kuat. Matanya menggelap dengan gemeretak giginya saling beradu.

"Berhenti menggodaku, bicth! Atau aku putuskan seluruh jarimu!" desis Dax menggeram rendah.

"Maaf, Tuan. Aku─ aku tak sengaja, hiks!" Air mata Kylee turun. Menahan sakit luar biasa di tangannya.

Dax menghempaskan dengan kasar. Tangan Kylee gemetar dengan memar memerah. Merasakan jika tangan kanannya seperti tak berfungsi.

"KELUAR!" Tubuh Kylee gemetar, mundur lalu berbalik. Perempuan itu berlari dengan tangis yang tak henti. "Tidak bisakah kita seperti dulu?" batinnya sendu.

Dax menggeram rendah. Dengan kasar pria itu melepas jas dan kemeja yang di pakainya. Menyisakan dada dan otot kekarnya yang dibiarkan telanjang. Ia membasuh bagian tubuh yang terkena sentuhan menjijikan wanita itu. Berulangkali ia mengguyur wajahnya dengan air.

Tangan Dax mencengkram sisi wastafel. Matanya menggelap, memandang pantulan dirinya di cermin.

Prrang!

Cermin itu retak, sebagai lainnya pecah turun ke wastafel. Nafas Dax memburu tak beraturan. Pria itu menjambak rambutnya, memukul otak belakangnya yang dengan lancang mengingat perempuan jalang itu.

"Sialan, Kathleen!" desisnya rendah.

Seumur hidup, baru kali ini dirinya dibuat gelisah karena aksi bejatnya pada seseorang. Sudah bermalam-malam, dirinya selalu mimpi aneh. Melihat Kathleen makan apel merah, memegang burung perkutut. Dan yang paling parah, Dax bermimpi tertimpa bulan besar jatuh ke atas wajahnya. Membuat ia bangun dengan keringat dingin dan jantung yang berdebar kencang. Ada semacam perasaan bersalah, tak tenang dan ingin ... selalu melihat perempuan itu. Persetan!

"Entah mantra gila apa yang ia ucapkan saat bercinta denganku, hingga aku terus memikirkan jalang itu! Fuck it, aku akan mengembalikan mantranya dengan menghantam lagi di ranjang. Lihat saja, tunggu hukumanku!" Dax menyeringai lebar.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang