21 | Do no accept

407 28 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Brak!

Pintu kamar Kathleen sontak di dobrak oleh Thalia. Perempuan itu cemas dengan nafas yang memburu. Tampak ruangan yang berantakan. Lemari pakaian yang terbuka dengan isinya yang kosong. Bantal dan alat make up yang berceceran di lantai. Sementara si pembuat onar meringkuk bawah sisi ranjang. Ia sibuk memakan nanas muda dengan air mata yang bercucuran.

Thalia berang. Ia menghampiri Kathleen lalu melempar nanas muda tersebut jauh-jauh.

"What the fuck is with you, huh? Kau ingin membunuh darah dagingmu sendiri!" cerca Thalia dengan mata melotot.

"Ya! Aku tak sudi menampung benih bajingan ini!" Kathleen mendorong pundak Thalia. Menghampiri nanas muda yang tampak mengenaskan di lantai. Di makannya nanas itu tanpa rasa jijik.

"Stupid! Kau ingin membunuh bayi yang tidak berdosa! Sadar, Kath! Sadar!" Thalia mengguncang pundak Kathleen setelah berhasil merebut nanasnya.

Kathleen tertawa hambar. Di hempasnya tangan Thalia lalu ia berjalan mundur. "Kau tak tahu apa yang aku rasakan?"

Air mata Kathleen mengalir perlahan. Sorot mata perempuan itu tampak putus asa. "KAU TAK AKAN PERNAH MENGERTI DERITA KORBAN PEMERKOSAAN YANG MENGANDUNG BENIH PELAKUNYA!" teriak Kathleen frustasi.

"Setelah merampas kesucianku, bajingan itu juga meninggal jejak di perutku! Adakah wanita yang tetap waras mengalami hal itu? Adakah wanita yang sehat dan baik-baik saja lalu menerima keadaannya dengan lapang, hah? Jawab, Thalia!" lirih Kathleen menatap Thalia yang mematung.

Kathleen mengguncang pundak Thalia. "JAWAB AKU!"

Air mata Kathleen semakin deras. Nafasnya tercekat, dengan dada yang bergemuruh hebat.

"The world is a bicth! Mentalku terguncang, Thalia. Masa depan dan mimpi yang ku rancang roboh dalam sehari! Aku ingin berkarir, berkuliah, membuat toko kue, semua hancur! GARA-GARA BENIH BAJINGAN INI! DIA PANTAS MATI!"

Kathleen menumbuk-numbuk perutnya sendiri. Membuat Thalia panik tak terkira. Perempuan itu berusaha menghentikan aksi gila Kathleen yang ingin membunuh bayinya sendiri.

"Kath! Sadar, bukan ini caranya!"

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Kathleen. Perempuan itu merosot ke bawah. Ia meremas perutnya geram.

"Aku hancur! Aku tidak ingin hamil, hiks ... aku ingin pulang, dunia ini jahat ... aku ingin kembali, bawa aku ... hiks!" lirihnya tersedu-sedu.

Thalia mengusap wajahnya kasar. Perempuan itu mendongak, menahan air matanya agar tidak jatuh. Dirinya ikut sakit, melihat keadaan Kathleen yang terpuruk seperti ini. Dengan lembut, Thalia membawa Kathleen ke dalam dekapannya. Menenangkan tangisan perempuan itu sambil membuka pemikiran buruk Kathleen tentang bayi nya yang belum lahir.

Di tangkupnya pipi Kathleen. Sorotnya matanya sayu, menyimpan kekecewaan. Bibirnya bergetar menahan isak tangis. Thalia menatapnya teduh.

"Kau tidak hancur! Kau kuat dengan bayi ini. Kau masih bisa kuliah, kau masih bisa berkarir, bayi ini yang akan memberimu semangat dan menemani hidup kita nanti. Percayalah, dia tak bersalah!"

"Tapi, ayah bayi ini ... bajingan itu! Aku tak sudi!" gertak Kathleen dengan rahang yang mengetat.

"Lupakan tentang darimana benih bayi ini berasal! Seorang anak adalah berkah bagi ibunya. Sayangi dia, Kath! Orang yang harus kau benci adalah ayahnya, bukan bayi ini," tukas Thalia mengusap air mata Kathleen.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang