31 | Hidden Memory

345 32 2
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Kelopak mata seorang perempuan terbuka. Samar-samar penglihatannya ia edarkan. Gelap, hitam juga pengap. Kathleen mengerjap, kala tawa berat menyita atensinya di ujung sana. Jantungnya berdegup kencang. Ia menahan nafas saat perlahan sosok itu mendekat, menghampiri cahaya temaram yang cukup menampakkan wajah.

"Kau!" pekik Kathleen skeptis. Suaranya tercekat dengan bola mata bergetar.

"Yes. It's me, babe."

Pria itu mendekat, tersenyum penuh rasa puas. Jemarinya mencoba membelai sisi wajah Kathleen, tapi wajah perempuan itu berpaling, menghindar.

Tawanya kian mengencang, menakutkan. Sesaat jemari miliknya hanya menyapa angin belaka. Tak lama, tatapannya berubah kelam. Dicengkram dagu Kathleen erat-erat. Membuat wanita itu meringis, menahan nafas.

"Jangan menolakku lagi, babe. Bukan 'kah kita sudah bercinta sebelumnya?" desisnya.

"Sialan! Aku tidak pernah dan tidak sudi bercinta denganmu!" gertak Kathleen dengan susah payah. Bola matanya tak gentar menatap pria itu.

Gemeretak gigi pria itu terdengar geram. Dikecupnya bibir Kathleen meski perempuan itu terus berontak. Lalu ia hempaskan kepalanya dengan kasar.

"Jika tidak pernah, maka itu akan terjadi! Lagipula, kau semakin menggairahkan dengan perut membuncit ini." ujarnya sembari tertawa.

Kathleen beringsut. Tatapannya kosong penuh ketakutan. Setetes air mata turun, hatinya mencelos rasa tertikam. Bibirnya berhasil disentuh pria ini. Nafasnya memburu, perasaan jijik pada tubuhnya sendiri muncul tanpa diduga.

Air mata Kathleen kian deras tanpa suara dan ekspresi. Ia menjadi wanita kotor dan menjijikan. Untuk kesekian kalinya, ia dilecehkan. Bahkan kali ini, oleh pria yang berbeda pula.

Perlahan perempuan itu mengangkat pandangannya. Kondisinya diikat kuat, membuat Kathleen lemah tak mampu melawan.

"Apa tujuanmu menerorku selama ini, hah? Apa salahku?" tanya Kathleen dengan suara parau.

"Jawab aku, Melden sialan!" teriak Kathleen tak tahan.

Pria itu Melden. Ia yang tengah menatap topeng miliknya di dinding sontak menoleh pada Kathleen. Tersungging senyum sinis di sebelah bibirnya.

Bahkan disaat tengah menangis pun, perempuan itu tampak cantik dengan suara lembut nan merdu. Hasratnya justru membumbung tinggi. Bagaimana jika suara tangisan itu berubah menjadi rintihan menggairahkan di bawah kukungannya?

"Karena aku mencintaimu." Kerling matanya Melden bergulir. Di tatapnya tubuh Kathleen sambil menjilat bibir bawahnya penuh.

"That's your obsession, not love," potong Kathleen cepat. Suaranya serak, berusaha menahan tangis.

Melden terkekeh berat. "Apapun itu, aku menginginkanmu, babe."

"Dengan cara menerorku? Are fucking kidding me?"

"Teror itu hanya main-main! Kenapa kau menganggapnya serius?"

"Bastard! Berhenti membuat lelucon, keparat! Pengecut sepertimu hanya bisa meneror dan menguntit orang lain. Bahkan kau siap sedia menjadi anjing untuk orang lain! Lepaskan aku, sialan!"

Habis sudah kesabaran Kathleen. Perempuan itu berteriak mengumpat dengan air mata yang tidak mampu ia tahan.

Tangan Melden mengepal. Umpatan, cacian, makian terus dilayangkan Kathleen. Apa sulitnya duduk tenang dan hidup sebagai pemuas hasratnya?

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang