26 | A real monster

465 35 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Seorang pria paruh baya terbangun di kegelapan malam. Bau anyir tercium pekat oleh hidungnya. Ia meringis, menahan nyeri. Terlintas bayangan dirinya jatuh dengan mobil ke kedalaman jurang gelap. Membuat pria itu menggeleng, bergidik ngeri jika ia tak selamat dari ledakan mobil itu. Lalu siapa yang menyelamatkannya?

"Melden sialan! Anak itu tidak berguna!" geramnya.

Matanya bergulir, menatap ruangan temaram dengan jeruji besi menjulang tinggi. Pria itu menggusur kakinya.

"Argh ... dimana ini?"

Suara tawa rendah memecah keheningan. Seorang pria lain mendekat pada lorong cahaya. Menampakkan dirinya di hadapan jorel.

"Hai, Mr. Agler." Seringai pria itu tampak mengerikan.

"D─ Dax?" Tubuh Jorel menegang kaku.

"A─ apa yang kau lakukan pada ayahmu, Nak?" Jorel masih menunjukan citra baiknya.

"Akhiri kepura-puraanmu, Pak Tua! Aku tidak suka!" Dax tersenyum remeh nan mengejek.

Jorel mengepalkan tangan geram. Namun, raut wajahnya berubah memelas.

"Apa maksudmu, Dax? Tak bisakah kau menghormatiku meski aku adalah ayah sambungmu?!"

"Shit!"

Bless!

Sebuah belati melayang, menancap langsung pada paha Jorel. Tubuh pria itu menegang hebat.

"Kubur mimpimu dalam-dalam, Mr. Agler. Atbash Blake Rodriguez tidak layak digantikan olehmu. Hanya karena ibuku menerimamu, bukan berarti kau bisa masuk ke dalam trah Rodriguez. Apalagi berencana merebut kekuasaannya. Cuih, kau tak akan mampu, tua bangka!" Dax menekan kalimat akhirnya.

Jorel berusaha menguasai emosinya. Tatapan belas kasihnya kini berganti dengan pancaran dendam dan permusuhan.

"Baguslah! Wajahku sudah pegal memasang citra ayah baik di depanmu. Ah, dan ibumu, Angelina Rodriguez? Wanita itu ... memang bodoh. Meski jual mahal tidak ingin disentuh ku! Tapi berkat wanita itu setengah rencana kami berhasil!"

Rahang Dax mengeras. Dengan tergesa-gesa, ia membuka sel. Mencengkram leher tua bangka itu erat-erat. Nafas Jorel tercekat. Bola matanya bergetar melihat aura membunuh Dax melingkup padanya.

"Siapa tuanmu?" desis Dax.

"JAWAB! Atau aku putuskan urat lehermu sekarang!" Amarah Dax meledak. Bahkan urat pelipis pria itu menegang sempurna.

Jorel memegang tangan Dax dilehernya. Wajah pria tua itu sudah memucat dengan mata melotot. Bibirnya terbuka mencari pasokan oksigen. "S─ sampai a─ aku mati pun, k─ kau tidak akan t─ tahu."

Kepala Jorel terhempas kasar hingga terbentur dinding. Cairan pekat nan kental keluar dari pelipisnya. Membasahi luka yang sudah setengah kering. Pria tua itu terbatuk-batuk.

"Bersiaplah dengan penebusan dosamu!"

Jorel terkekeh pelan di tengah rasa nyerinya. "Kau ingin mengulur waktu untukku, hm? Membiarkanku hidup untuk membuka mulut? Jangan mimpi! Bersiaplah, pihak berkewajiban akan menangkapmu!"

Kini Dax yang terkekeh berat. Merasa lucu dengan lelucon tua bangka ini.

"Kau belum tahu, siapa penguasa dunia gelap? Tempat kau memesan wine terbaik, senjata api, dan organ-organ manusia yang dilelang secara terbuka. Kau belum tahu siapa dia?" Jorel menegang sempurna.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang